Bentuk dan Struktur
Menurut Kemmerling (1918) dan Stehn (1928), Kaldera Batur
merupakan ketel raksasa berukuran 13,8 x 10 km. Kaldera ini tertutup dari
segala arah, merupakan salah satu kaldera terbesar dan terindah di dunia (van
Bemmelen, 1949). Pematang kaldera tingginya berkisar antara 1267-2152 m (Puncak
G. Abang). Di dalam Kaldera I terbentuk Kaldera II yang berbentuk
melingkar dengan garis tengah lk. 7 km. Dasar Kaldera II terletak antara
120 - 300 m lebih rendah dari Undak Kintamani (dasar Kaldera I). Di dalam
kaldera tersebut terdapat danau yang berbentuk bulan sabit yang menempati
bagian tenggara yang panjangnya lk. 7,5 km, lebar maksimum 2,5 km, kelilingnya
lk. 22 km, luasnya lk. 16 km2. Tinggi permukaan air 1031 m di atas
muka laut. Danau tersebut terjadi karena suatu penurunan dasar (“Slenk”,
“graben”). Menurut van Bemmelen (1949) diperkirakan terbentuk bersamaan dengan
pembentukan Kaldera II; menurut Stehn (1926) terbentuknya kemudian.
Kondisi
Kawah, Kegiatan purna kaldera ditandai dengan pertumbuhan kerucut G.
Batur. Kegiatan ini sekitar diawali 5000 tahun yang lalu oleh pembentukan
kerucut G. Batur berkomposisi basalt sampai andesit basalan. Kawah puncaknya
berpindah berarah timurlaut - baratdaya antara G. Payang dan G. Bunbulan. Sejak
tahun 1800 G. Batur telah meletus sekurang-kurangnya 28 kali, umumnya bersifat
efusif (lelehan lava) dan strobolian. lelehan lava terbanyak terjadi pada bulan
September 1963 menutupi daerah seluas lk. 5.967.550 m2. Letusan
terakhir terjadi 7 Juli 2000, sebanyak 3 kejadian, pusat letusan dari Kawah
1999. Letusan disertai lontaran piroklastik, seperti pasir, lapili dan bongkah
mengendap dengan radius lk. 100 m dari bibir kawah. Asap letusan mencapai
tinggi lk. 300 m di atas bibir kawah. Aktivitas vulkanik G. Batur purna letusan
Juli 2000, berupa kegiatan solfatara di dalam kawah-kawahnya.
Sebaran Batuan Hasil Letusan G. Batur, Penyebaran
batuan yang dihasilkan dari G. Batur dapat dibagi menjadi 5 periode yaitu :
Ø
Periode I Zaman
tersier.
Ø
Periode II Zaman
Kuarter (Pra Kaldera).
Ø
Periode III Zaman
Pembentukan Kaldera I (29300 tahun yang lalu).
Ø
Periode IV Zaman
Pembentukan Kaldera II (20150 tahun yang lalu).
Ø
Periode V Zaman Purna
Kaldera (5500 tahun yang lalu).
Periode I Zaman
Tersier.
Batuan
tertua yang tersingkap adalah endapan aliran piroklastik Bukit Jangkrik yang
dicirikan dengan endapannya terpadatkan, sangat lapuk, memiliki perlapisan yang
buruk dari batuapung berukuran abu hingga lapili dan litik andesitik yang
mengandung augit, berwarna putih, abu-abu sampai kuning, dengan beberapa
selingan lapisan litik. Batuan ini tersingkap di bagian selatan.
Batuan
selanjutnya yang tersingkap adalah Lava Cempaga yang berkomposisi basal olivin
holokristalin, berwarna abu-abu gelap dengan masa dasar gelas vesikuler kuning
sampai coklat, olivin (1-2 mm) merupakan fase fenokris dominan, sedangkan
plagioklas dan klinopiroksen sangat miskin. Batuan ini tersingkap sedikit di
bagian selatan. Batuan mudanya adalah Lava Tejakula yang tersingkap di bagian
utara, tersusun dari basal olivin porfiritik, abu-abu cerah, fenokris (sekitar
40 %) dicirikan oleh olivin besar berbentuk euhedral - subhedral dengan
plagioklas subhedral (kurang dari 2 mm).
Periode II Zaman Kuarter (Pra Kaldera)
Batuan yang tersingkap dari yang tertua sampai termuda
adalah sebagai berikut : Endapan Aliran Piroklastik Tianyar yang tersebar di
bagian timur, Kerucut Sinder Paleg yang tersebar di lereng timurlaut kaldera,
Lava Gunung Abang yang tersusun dari porfiritik basalt tersebar di bagian
tenggara cukup luas dan endapan yang termuda adalah Lahar Tukad Daya yang
terpadatkan.
Periode III Zaman Pembentukan Kaldera I ( 29300
tahun yang lalu)
Batuan tertua yang tersingkap selama pembentukan Kaldera I
adalah Ignimbrit Ubud yang tersebar sangat luas di sebelah selatan di luar
Kaldera. Batuan lainnya adalah Endapan Aliran Piroklastik Gretek tersebar di
bagian luar kaldera sebelah timurlaut dekat pantai. Batuan yang tersingkap
paling muda adalah Lava Tanjungbatu, tersebar di bagian utara hingga barat laut,
serta pada dinding Kaldera I .
Periode IV Zaman Pembentukan Kaldera II (20150
tahun yang lalu)
Batuan yang tersingkap pada Zaman ini yang tertua adalah
Ignimbrit Gunungkawi (Gki) dan Ignimbrit Batur (Bri) yang memiliki umur
sama, Gki tersingkap di luar kaldera di bagian selatan tersebar sangat
luas, hasil analisa 14c batuan ini memiliki umur 19600 + 690 (wk-1450),
sedangkan Bri tersebar pada dinding Kaldera II bagian dalam. Batuan lebih mudanya
lagi tersingkap adalah Ignimbrit Payang terdapat di dalam Kaldera I tersebar di
sekitar G. Payang. Batuan yang tersingkap adalah Lava Payang tersingkap di
sekitar G. Payang dan menyebar ke arah selatan.
Periode V Zaman Purna Kaldera (5500 tahun yang lalu)
Batuan yang tersingkap pada Zaman ini adalah batuan hasil
letusan di dalam Kaldera I mungkin hasil dari pembentukan Kaldera III. Batuan
yang tersingkap dari tua kemuda adalah: Lava Bunbulan yang tersingkap di
sekitar G. Bunbulan sebelah timurlaut G. Batur, Endapan Surge Blingkang yang
tersingkap di antara dinding Kaldera I dan II sebelah timurlaut G. Batur,
Ignimbrit Blingkang bersifat andesitik tersebar menutupi endapan Surge
Blingkang, Endapan Freatomagmatik Blingkang bersifat dasit dan andesitik
tersebar luas di antara Kaldera I dan II sebelah utara hingga baratlaut G.
Batur. Endapan Freatomagmatik Payang bersifat dasitik tersebar di dalam Kaldera
I bagian barat hingga tenggara G. Batur. Endapan Jatuhan Piroklastik Panelokan
tersebar luas keluar Kaldera I bagian baratlaut hingga baratdaya berkomposisi
dasit. Endapan Jatuhan Penulisan tersebar menutupi sekeliling permukaan Kaldera
I bagian luar. Maar Sampeanwani merupakan kelompok beberapa kawah di dalam
kaldera dalam bentuk maar, umumnya hancur oleh leleran lava G. Batur. Yang
terakhir adalah Kerucut Sinder Gunung Anti membentuk kelompok sinder di dalam
Kaldera II.
Batuan
yang tercatat dalam sejarah yang merupakan hasil letusan dari kerucut G. Batur
adalah leleran lava, hasil letusan pada 1849, 1888, 1904, 1905, 1921,
1926, 1963, 1968, 1974, yang sebaran endapanya terbatas di dalam Kaldera II,
seperti terlihat pada peta geologi dalam Kaldera Batur (Gambar 7). Setelah
letusan 1974 yang menghasilkan leleran lava, belum pernah terjadi lagi letusan
yang disertai lelehan lava. Letusan-letusan terakhir terjadi dalam tahun 1994,
1995, 1997, 1998, 1999 dan 2000, hasil letusannya berupa jatuhan piroklastik
dan bom vulkanik yang menyebar dan mengendap hanya di sekitar lubang letusan.
Komentar
Posting Komentar