Tinjauan daya dukung dan pelaksanaan budidaya tanaman durian


  a.  Aspek-Aspek Geografis Daya Dukung Pelaksanaan Budidaya Tanaman Durian
Menurut kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 54) daya dukung adalah faktor-faktor pendukung di dalam kehidupan. Sedangkan menurut Astra dan Gunawan (2012: 33), daya dukung diartikan sebagai kemampuan lingkungan hidup untuk mendukung perikehidupan manusia dan mahluk lain.  Fisiografis dapat diartikan sebagai pengetahuan yang mempelajari tentang genesa dan evolusi bentuk-bentuk wilayah. Kawasan fisiografis adalah suatu kesatuan dipandang dari segi sejarah geomeorfologinya dengan struktur dan iklim sejenis atau mempunyai kesamaan latar belakang iklim (Von Engeln, 1942: 87).
Jadi, daya dukung fisiografis merupakan kemampuan lingkungan hidup untuk  mendukung kehidupan yang dilihat dari struktur wilayah dan iklimnya.
Menurut Bernardinus (2006: 9-11) Ada beberapa aspek lingkungan fisik geografi yang mempengaruhi pelaksanaan budidaya tanaman durian antara lain:

a)      Iklim
Iklim merupakan sebuah syarat untuk pertumbuhan tanaman. Unsur – unsur iklim yang berpengaruh terhadap budidaya tanaman durian antara lain curah hujan, suhu, kelembaban udara, dan sinar matahari.

            a))   Curah Hujan
Perbandingan antara jumlah hari hujan dan hari kering serta intensitas curah hujan setiap tahun sangat menentukan suatu tanaman bisa berbuah atau tidak sebab proses pembungaan tanaman buah biasanya tergantung pada kedua faktor ini. Jika hari hujan tidak sesuai dengan yang diinginkan pada proses pembungaan sebagai tahap awal, pembuahan tidak akan terjadi (AAK, 2006: 34). Daerah yang ideal untuk tanaman durian sebaiknya memiliki bulan basah selama 9 – 11 bulan per tahun dan bulan kering selama 3 – 4 bulan untuk merangsang pertumbuhan bunga (Bernardinus, 2006: 10). Menurut AAK (2006: 35) curah hujan yang ideal untuk tanaman durian yaitu:
                     1.            Maksimum 3000 – 3500 mm/tahun.
                     2.            Minimal 1500-3000 mm/tahun.


            b))   Suhu
Suhu yang ideal untuk budidaya tanaman durian adalah 22-300 C (Bernardinus, 2006: 10). Suhu juga mempengaruhi aktivitas enzim. Zat yang berfungsi untuk melancarkan proses fisiologis pada tanaman memerlukan suhu tertentu agar dapat bekerja secara efektif. Pada suhu yang terlalu rendah atau terlalu tinggi kerja enzim dapat terhambat sehingga proses fisiologis tanaman terganggu (AAK, 2006: 34).

             c))      Kelembaban Udara
Kelembaban udara sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain ketinggian tempat, curah hujan dan jenis tanaman yang ada. Semakin tinggi suatu tempat curah hujan menjadi semakin tinggi dan dengan demikian daerah tersebut memiliki lelembaban yang tinggi. Tempat yang berada di bawah naungan pohon lebih lembab dibandingkan tempat yang terbuka. Pada tanaman seperti durian dapat dipengaruhi oleh kelembaban udara yang tampak pada stomata (mulut daun),yang bisa terbuka atau tertutup. Di daerah yang mempunyai kelembaban tinggi, stomata akan tertutup sehingga CO2 yang menjadi bahan pokok dalam proses fotesintesis tanaman tidak dapat masuk pada daun. Hal ini mengakibatkan penguapan yang semakin berkurang. SeBaliknya pada daerah dengan kelembaban yang rendah penguapan yang terjadi lebih banyak (Sriartha, 2000: 45).

               d))   Sinar Matahari
Tempat yang ideal untuk budidaya tanaman durian adalah daerah yang memeiliki intensitas penyinaran matahari sekitar 40-50% (Bernardinus, 2006: 10). Intensitas sinar matahari di dataran rendah lebih kecil daripada di dataran tinggi, namun waktu penyinaran di dataran rendah lebih lama. Semakin rendah intensitas sinar matahari yang diterima, tanaman memerlukan waktu lebih lama untuk melakukan proses fisiologis sehingga perubahan karbohidrat dalam buah menjadi gula semakin sulit dilakukan. Suhu lingkungan mempengaruhi proses respirasi atau pernapasan dan berbagai proses lainnya (AAK, 2006:34).

b)     Ketinggian Tempat
Tanaman durian tumbuh secara optimal di daerah tropis. Untuk bertanam durian secara intensif dibutuhkan tempat dengan ketinggian 50-600 meter dari permukaan air laut. Ketinggian tempat akan berpengaruh terhadap pembungaan dan kematangan buah. Durian yang ditanam di tempat tinggi akan lebih lambat matangnya dibandingkan dengan yang ditanam di tempat yang rendah. Topografi yang baik untuk tanaman durian adalah agak miring tetapi tidak melebihi 350. untuk lahan miring perlu dibuatkan terasering untuk mencegah terjadinya erosi (Bernardinus, 2006: 11).  

c)      Tanah
                     a))   Kedalaman Efektif Tanah
Akar durian mampu menembus tanah sampai ke dalaman 3 meter, maka dari itu untuk lokasi idealnya dipilih daerah yang memiliki kedalaman air tanah sekitar 50 – 300 cm. daerah yang terlalu rendah air tanahnya akan sangat mengganggu akar durian. Akibatnya akan terjadi kebusukan pada akar (Bernardinus, 2006: 11).

               b))   Tekstur dan Struktur Tanah
Tanaman durian menghendaki keadaan tanah yang subur , yakni tanah yang kaya akan kandungan bahan organik. Partikel penyusun tanah harus seimbang antara pasir liat dan debu sehingga mudah membentuk remah. Jenis tanah grumosol, latosol, podsolik merah kuning, atau andosol merupakan jenis tanah yang cocok untuk pembudidayaan tanaman durian.
Tekstur tanah pada lahan yang akan ditanami durian perlu diamati bila tanaman sering menunjukkan gejala kekurangan air pada musim hujan, ada kemungkinan tanah lapisan atas dan bawah teksturnya berbeda sehingga perakaran tanah dan stabilitas agregat (ikatan partikel penutup tanah) mempengaruhi aerasi, aliran air, baik di dalam tanah maupun dipermukaan tanah. Penetrasi akar dan pencucian hara merupakan dua faktor yang sangat dominan untuk menentukan tingkat produktivitas tanaman (AAK, 2006: 32). Tanah  yang  bertekstur berat, seperti tanah liat, kurang bagus untuk tanaman durian  karena pengeringannya sangat sulit, terutama pada musim kemarau, tanah liat menjadi keras dan susah menyerap air, sehingga tanaman bisa kekurangan air dan pertumbuhan akarnya terganggu. SeBaliknya, jika ditanam di tanah berpasir, buah yang dihasilkan kurang bagus karena rasanya bisa menjadi tawar. Tanah yang memiliki banyak kandungan air akan cepat menyerap air dan meneruskannya ke lapisan bawah, sehingga bisa memungkinkan tanaman kekurangan air (Bernardinus, 2006: 11).
Struktur tanah pada bagian atas remah dan gembur karena banyak mengandung bahan organik. Lain halnya dengan tanah pada bagian bawah yang padat dapat mengganggu perkembangan akar ke lapisan tanah terbawah (AAK, 2006: 32)

                c))   Kondisi kimia tanah
Derajat keasaman (pH) tanah untuk pembudidayaan tanaman durian berkisar sekitar 6,5 – 7. Tanah yang pH-nya mendekati netral tidak memerlukan kapur lagi karena tanah yang pH-nya netral unsur-unsur yang berbahaya yang sering meracuni tanaman tidak akan terakumulasi dan pertukaran ion dalam proses unsur hara pun berlangsung tanpa kesulitan. Jumlah karbohidrat dalam buah yang kelak menjadi gula akan cukup banyak tersedia sehingga buah akan terasa manis (AAK, 2006: 29).

               d))   Warna Tanah
Warna tanah dapat dipakai sebagai indicator suatu kandungan bahan organik, tingkat perkembangan tanah, kadar air, dan kedalaman tanah. Selain itu, warna tanah juga dapat memberikan petunjuk mengenai keadaan drainase dan aerasi yang berhubungan dengan proses oksidasi dan pencucian hara. Menurut AAK (2006: 30) ada beberapa warna tanah yang menentukan tingkat kesuburan tanah yaitu:

a)) Warna Kelam
Tanah yang berwarna kelam menunjukkan kadar bahan organik yang tiggi. Jika warna asli tanah itu merah, bahan organik akan menyebabkan tanah menjadi warna merah kelam, keadaan drainase dan aerasi sangat baik dan kandungan unsure hara tinggi sehingga cocok untuk tanaman sayur-sayuran, buah-buahan dan tanaman hias.

b)) Warna Merah
Pada jenis tanah yang berwarna merah, kondisi drainase dan aerasi baik, tetapi kandungan bahan organik rendah. Tingkat perkembangan tanah pada umumnya sudah lanjut sehingga tinggal mineral berat saja dan partikel-partikel yang tahan lapuk masih tersisa seperti mineral besi.  Kedalaman air tanah pada jenis tanah semacam ini biasanya cukup dalam. Jika dikorelasikan dengan persyaratan tanah yang dikehendaki oleh tanaman durian, kondisi ini kurang ideal. Untuk mengantisipasinya tanah perlu diberikan pupuk organik berkosentrasi rendah seperti pupuk kompos dan pupuk hijau yang diberikan secara periodik untuk meningkatkan kandungan unsure hara pada tanah sehingga tanaman durian bisa tumbuh dengan baik.

c)) Warna Kuning
Jenis tanah ini memiliki sifat menyerupai tanah merah. Untuk menyuburkan tanah  ini perlu diberikan pupuk kandang, pupuk kompos, dan pupuk hijau seperti Glereseridia, Lamtoro, Kaliandra, dan berbagai jenis tanaman cover crop. Namun untuk menyuburkan tanah dengan pupuk ini memerlukan waktu yang cukup lama bisa mencapai ratusan tahun (AAK, 2006: 32).

b.      Tinjauan Budidaya Tanaman Durian (Durio zibethinus)
Budidaya merupakan salah satu aktivitas atau kegiatan ekonomi manusia yang produktif. Manusia menggunakan kekuatan alam sebagai pemeliharaan maupun pelestarian yang memperhatikan faktor-faktor geografis yang tetap dalam suatu wilayah geografi tertentu. Dari pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa dalam pembudidayaan tanaman durian merupakan suatu usaha untuk meningkatkan hasil tanaman durian yang diusahakan dengan memperhatikan faktor-faktor geografis dan aspek-aspek budidaya seperti : pembibitan, persiapan lahan, penanaman, pemeliharaaan tanaman, dan pemanenan.

a)      Pembibitan
Menurut Bernardinus (2006: 27) durian dapat diperbanyak dengan beberapa cara yaitu:
                                        a))            Perkembangbiakan secara generatif dengan menggunakan biji
                                       b))            Perkembangbiakan secara vegetatif  dengan menggunakan cangkok, setek, dan merunduk.
                                        c))            Perkembangbiakan secara campuran yaitu perpaduan cara generatif dan vegetatif, dilakukan dengan cara menggunakan bibit dari biji yang asli sebagai batang bawah kemudian disambung atau diokulasi dengan batang atas yang dianggap baik dan unggul.   
Bila diperbanyak dengan biji, keunggulan sifat induk tidak dapat dipertahankan. Sedangkan bila diperbanyak dengan cara vegetatif keunggulan sifat induk dapat dipertahankan (Pratiknyo, 2002). Dalam membuat bibit unggul tahap – tahap yang perlu dilakukan adalah menyiapkan bibit untuk batang bawah, memilih bibit untuk batang atas, dan melakukan penyambungan (sambung pucuk dan okulasi). Dalam pembibitan untuk batang bawah dilakukan tahap-tahap sebagai berikut.

             a))      Seleksi biji
Menurut AAK (2006: 58) biji yang hendak dipergunakan sebagai bibit hendaknya dipilih dari biji yang memenuhi persyaratan tertentu antara lain:
1.      Asli dari induknya
2.      Segar dan sudah tua
3.      Tidak kisut
4.      Tidak terserang atau penyakit
Memilih biji – biji yang tulen atau murni dapat dilakukan dengan cara mencuci biji-biji terlebih dahulu dengan air agar daging buah yang masih menempel segar bisa lepas. Biji-biji yang dipilih dikeringkan pada suatu tempat yang terbuka dan tidak terkena sinar matahari langsung sehingga kadar airnya masih sekitar 14 % (AAK, 2006: 58).

            b))   Pemilihan media tanam
Dalam pemilihan media tanam bisa menggunakan lahan yang ada di kebun atau menggunakan plastik yang diisi tanah.
Untuk penanaman di kebun, sebelumnya siapkan terlebih dahulu tempat penanaman berupa gundukan memanjang dengan lebar 1 m dan tinggi 30 cm. tanah dicangkul dan dicampur dengan pupuk kandang yang bersih dari kotoran dan bibit penyakit. Untuk menghindarkan jamur dan hama yang dapat merusak biji durian dan calon tanaman, media penanaman tersebut disemprot terlebih dahulu dengan fungisida dan insektisida. Tempat penanaman diisi naungan dari paranet atau daun kelapa untuk melindungi bibit yang masih muda dari air hujan dan sinar matahari (Bernardinus, 2006: 29).
Untuk penanaman biji durian dengan menggunakan plastic, menggunakan plastik warna hitam khusus untuk pembibitan yang berukuran 20 x 25 cm. Plastik diisi dengan tanah merah dan pupuk kandang yang sudah diayak. Plastik disusun sedemikian rupa dalam rak-rak yang telah disiapkan atau dalam bedengan yang telah disiapkan dan diberi naungan (Bernardinus, 2006: 30).
          c))   Penanaman
Biji yang akan ditanam terlebih dahulu direndam dalam larutan Atonik 0,1 % dan larutan Benomil 0,1 %. Fungsinya adalah untuk merangsang pertumbuhan dan mencegah serangan jamur. Selanjutnya dengan cara dibenamkan, biji ditanam didalam bedengan dengan jarak 15 cm x 20 cm. untuk penanaman di plastik biji dimasukkan ke dalam media, satu biji ke dalam satu plastic kemudian disiram (Bernardinus, 2006: 30).

            d))            Perawatan
Perawatan yang perlu dilakukan setelah biji disemaikan antara lain penyiraman, pemupukan, dan pengendalian hama penyakit. Setelah berumur dua bulan, biji sudah bisa disambung pucuk. Untuk okulasi, harus digunakan batang bawah yang sudah berumur 15 bulan. Dalam pemilihan batang atas (entres/scion) diambil dari pohon induk yang memiliki kualitas dan varietas yang baik.batang atas dapat berupa potongan batang atau bisa juga batang yang masih berada di pohon induknya. Batang atas atau tunas yang berupa potongan batang tidak boleh disimpan dalam jangka waktu yang lama. Karena cepat layu dan rusak  (Bernardinus, 2006: 30).

b)           Penyambungan Bibit
Menurut Bernardinus (2006: 30),  penyambungan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu sambung pucuk dan okulasi.

                a))      Sambung pucuk
Sambung pucuk merupakan penyatuan pucuk (batang atas) dengan batang bawah sehingga terbentuk tanaman baru yang cocok secara kompleks. Teknik sambung pucuk ini membutuhkan peralatan seperti alat pemotong (silet, cutter, atau pisau khusus untuk okulasi) , plastik, tali raffia atau tali plastik. Tahapan penyambungan sebagai berikut:
1.      Batang bawah yang sudah siap disambung dipotong kira-kira 20 cm dari leher akar atau lebih kurang sekitar 2-3 cm di atas batang yangbberwarna hijau dan coklat. Permukaan batang yang telah dipotong ini kemudian dibelah menjadi dua, setiap bagian sama besarnya. Panjang belahan sekitar 2 – 5 cm.
2.      Batang atas yang akan disambungkan berupa pucuk cabang yang masih lengkap dengan kuncupnya dan dalam keadaan paling tua. Besar cabang yang digunakan harus sama besar dengan batang bawah dan dipotong sepanjang 2 – 3 ruas. Selanjutnya, daun-daun di batang atas ini dibuang dan disisakan tiga helai yang terletak paling ujung. Sisa daun paling ujung ini dipotong dan disisakan seperempatnya saja. Pangkal batang kemudian diiris miring di kedua sisinya sampai mengenai bagian kayunya.
3.      Batang atas yang sudah dipotong miring tadi disisipkan ke dalam belahan di ujung batang bawah. Kemudian, sambungan tadi diikat dengan tali rafia dan dikerudungi dengan plastik.

            b))         Okulasi
Okulasi adalah penempelan mata tunas dari pohon induk durian terpilih ke batang bawah yang sudah disiapkan. Untuk okulasi peralatan dan batang bawah yang digunakan sama dengan peralatan dan batang bawah pada sambung pucuk. Perbedaannya batang bawah pada okulasi harus sudah berumur lebih kurang 15 bulan. Tahap pelaksanaan okulasi antara lain:
1.   Pilih batang bawah yang sudah berumur kurang lebih 15 bulan dan dalam keadaan sehat. Kurang lebih 20 cm dari pangkal batang dibuat irisan yang berbentuk huruf T atau disayat sepanjang lebih kurang 2 cm.
2.      Mata tunas yang terpilih disayat dengan bentuk bulat atau persegi dengan panjang kurang lebih 1,5 cm mengelilingi mata tunas. Dalam pengambilan mata tunas ini harus diikutsertakan kambiunnya. Sebab, bila mata tunas yang diambil tidak ada kambiumnya bisa dipastikan okulasi yang dikerjakan gagal.
3.      Mata tunas yang sudah diperoleh disisipkan di bawah kulit batang pokok yang telah diiris. Dalam penyisipan atau penempelan mata tunas tidak boleh terkena kotoran pada kambiumnya karena dapat mengganggu penyatuan antara mata tunas dan batang pokok.
4.      Selanjutnya dilakukan pengikatan pada batang dengan tali plastik. Pengikatan ini dilakukan di seluruh batang yang telah disayat kecuali tepat di mata tunas.
Dalam waktu dua minggu keberhasilan sambung pucuk dan okulasi sudah dapat dilihat yaitu pada mata tunas masih berwarna hijau dengan ujung kemerahan dan memperlihatkan tanda-tanda perkembangan tunas. Sedangkan pada sambung pucuk dan okulasi yang gagal akan terlihat mata tunas yang telah kering. Pada bibit yang diokulasi, yang mata tunasnya sudah tumbuh, batang atas tanaman asli dipotong lebih kurang 1 cm di atas mata tunas. Bekas potongannya diolesi dengan fungisida untuk mencegah penyakit jamur (Bernardinus, 2006: 34).
Selama dalam proses penyambungan atau penempelan tersebut tanaman harus secara kontinu disiram. Setelah tunas atau sambungan tadi mengeluarkan daun baru dan subur, diberikan pupuk, bisa menggunakan pupuk NPK atau pupuk daun. Pada umur 8 – 10 bulan sejak penempelan tanama durian sudah bisa dipindahkan ke areal penanaman (Bernardinus, 2006: 34).

c)      Menyiapkan Lahan
Menyiapkan lahan ditujukan untuk usaha penanaman durian dalam skala besar atau di kebun yang luas. Dalam menyiapkan lahan perlu dilakukan hal-hal sebagai berikut:

             a))   Pembersihan lahan (land clearing)
Lahan yang akan ditanami durian harus dibersihkan dari tumbuh-tumbuhan liar berupa semak, sisa-sisa perakaraan dan tunggu yang tertinggal, yang termasuk tumbuhan-tumbuhan liar antara lain alang-alang, rumput teki, rumput jarum, dan lain-lainnya (AAK, 2006: 70). Pembersihan lahan dari tanaman-tanaman liar perlu dilakukan karena tanaman durian memerlukan sinar matahari yang cukup dalam pertumbuhannya. Selain itu tanaman-tanaman liar tersebut jika dibiarkan tumbuh akan mengganggu pertumbuhan tanaman durian karena dalam masa pertumbuhannya tanaman durian memerlukan unsur hara yang cukup (Bernardinus, 2006: 37).

            b))      Pengolahan tanah
Setelah pembersihan lahan dilakukan, maka dilanjutkan dengan pengolahan tanah dengan cara membajak atau mencangkul tanah, tujuannya untuk menggemburkan tanah (Pratiknyo, 2002). Pengolahan tanah bertujuan untuk menyuburkan tanah sehingga tanaman durian dapat tumbuh dengan baik dan hasilnya lebih memuaskan. Faktor yang menentukan kesuburan tanah adalah kandungan humus dan daya kapiler air tanah yang tinggi. Untuk memperbaiki fisik tanah supaya cocok ditanami durian sebaiknya dilakukan pengolahan tanah secara intensif. Hal ini dimaksudkan untuk mengemBalikan tingkat kesuburan tanah dan meningkatkan mikroba di dalam tanah supaya mampu berperan aktif menciptakan kesuburan tanah (AAK, 2006: 71).

          c))            Pembuatan saluran air (drainase)
Lahan yang terlalu miring sebaiknya dibuatkan terasering, sedangkan lahan yang luas dan datar harus dibuatkan drainase untuk memudahkan pembuangan air pada saat musim penghujan (Bernardinus, 2006: 38). Karena jika tidak dibuang air yang menggenangi kebun durian dapat mengakibatkan pembusukan akar tanaman dan menyebabkan kematian. Pada musim kemarau tanaman durian muda atau bibit sangat membutuhkan tambahan air. Untuk mempermudah pengairan, tanah perkebunan tersebut perlu dibuatkan drainase. Pembuatan saluran pengairan harus diusahakan agar air tidak tertahan terlalu lama menggenangi bedengan tanaman. Air yang tergenang sangat merugikan perkembangan akar. Sistem drainase tidak hanya diperuntukkan untuk tanaman muda tetapi juga untuk tanaman dewasa yang memerlukan drainase yang baik (AAK, 2006: 71).

d)           Penanaman di Lapangan
Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam penanaman di lapangan yaitu:

                a))      Jarak Tanam dan Pola Tanam
Pengaturan jarak tanam juga lebih ditujukan untuk penanaman durian dalam skala besar. Jarak tanam bervariasi, tergantung pada jenis, varietas, lokasi lahan, dan jenis tanah. Pada umumnya jarak tanam yang diterapkan petani paling terdekat adalah 7 m x 7 m dan yang paling terjauh adalah 10 m x 10 m atau lebih. Jarak tanam ini paling ideal karena jika kurang dari jarak tersebut tanaman akan saling berebut unsur hara, penyebaran penyakit lebih mudah dan sinar matahari tidak efektif menembus tanaman karena terlalu rapat (Bernardinus, 2006: 38). Selain jarak tanam, pola penanaman juga perlu diatur supaya kebun kelihatan rapi dan teratur. Menurut (Bernardinus, 2006: 11) pengaturan pola penanaman durian yang umum dikenal ada dua yaitu:
                                       1.   Pola bujur sangkar, untuk menentukan titik –titik lubang tanam dalam penanaman dengan pola ini dapat dipakai alat bantu berupa tali, meteran, siku, dan patok bambu.
                                       2.   Pola segitiga, untuk menentukan titik-titik lubang tanam dengan pola segitiga, tali sepanjang 30 m, 40 m, dan 40 m dibuat segitiga dengan sudut 600..
Keuntungan pemakaian sistem penanaman dengan pola bujur sangkar dan pola segitiga adalah untuk memudahkan pengawasan, memberikan kesan rapi dan indah pada kebun, serta memudahkan penataan pipa saluran pengairan. Namun untuk lahan yang berbukit-bukit pola penanaman dengan cara tersebut tidak dapat diterapkan melainkan harus mengikuti kontur yang ada karena tanah yang konturnya tidak beraturan tidak memungkinkan dibuatnya jarak tanam dan pola penanaman yang benar dan rapi seperti pola bujur sangkar dan segitiga (Bernardinus, 2006: 40).
 
            b))            Lubang Tanam
Lubang tanam digali dengan ukuran 80 cm x 80 cm x 70 cm atau 70 cm x 70 cmx 60 cm (Pratiknyo, 2002). Namun untuk penanaman pada tanah liat lubang harus dibuat lebih besar yaitu mencapai 100 cm x 100 cm x 100 cm. pembuatan lubang tanam bisa dilakukan dengan menggunakan alat berupa cangkul dan garpu. Pada waktu penggalian sebaiknya tanah pada bagian atas yang subur dipisahkan dengan tanah pada bagian bawah. Tanah pada bagian atas ini dicampur dengan pupuk kandang dan digunakan sebagai media tanam. Setelah selesai dibuat, hendaknya lubang tanam dibiarkan selama lebih kurang 2 – 3 minggu agar terkena sinar matahari dan membunuh bibit penyakit dan gas- gas yang mengganggu pertumbuhan bibit durian (Bernardinus, 2006: 41).

             c))         Proses Penanaman
Penanaman bibit durian yang paling ideal adalah pada awal musim hujan. Pada saat seperti itu sinar matahari tidak begitu panas dan kesulitan air bisa diatasi. Air harus benar-benar diperhatikan karena tanaman durian banyak membutuhkannya pada awal-awal penanaman (Bernardinus, 2006: 42).
Pada waktu penanaman bibit sebaiknya diisi naungan untuk menghindari sengatan matahari, guyuran hujan yang lebat juga untuk melindungi tanaman muda dari terjangan angin kencang. Tanah di sekitar tanaman sebaiknya ditutupi dengan dengan jerami kering agar kelembaban tanah tetap stabil. Naungan bisa dibongkar setelah tanaman berumur  3-5 bulan (Pratiknyo, 2002).

e)               Pemeliharaan
Dalam pemeliharaan ada beberapa hal yang perlu dilakukan atara lain:
                a))         Penyiraman
Pada awal pertumbuhan, tanaman durian membutuhkan air sebanyak 10 – 20 liter per tanaman per hari. Pada waktu penyiraman hendaknya diusahakan jangan sampai tanaman kelebihan air atau tergenang karena dapat membuat akar tanaman menjadi busuk dan mati. Tanaman dewasa yang sudah berproduksi membutuhkan air sekitar 100 – 200 liter per tanaman per hari. Pada waktu tanaman mulai berbunga peniraman dikurangi. Penyiraman ini hanya berfungsi untuk menjaga kelembaban tanah sehingga penyiraman dilakukan bila tanah mengalami kekeringan. Jika tanah terlalu basah atau lembab, tanaman akan mengeluarkan tunas-tunas daun yang dapat mengakibatkan rontoknya bunga-bunga durian. Penyiraman paling efektif dilakukan pada pagi hari atau ketika matahari tidak terik, sehingga pada waktu siang hari kebutuhan air tanaman sudah tercukupi (Bernardinus, 2006: 46). Penyiraman dapat dilakukan setiap hari tergantung cuaca. Penyiraman pada musim kemarau dilakukan sebanyak 1 – 3 kali seminggu, terutama ketika tanaman berbuah. Karena apabila kekurangan air akan mengakibatkan kerontokan buah (Pratiknyo, 2002).


               b))         Pemangkasan
Sejak awal penanaman, pemangkasan terhadap tanaman durian perlu dilakukan. Pemangkasan yang diperlukan adalah pemangkasan terhadap tunas-tunas air, cabang atau ranting yang sudah mati, cabang atau ranting yang terkena hama dan penyakit, serta ranting-ranting yang tersembunyi yang tidak terkena sinar matahari. Alat yang digunakan untuk memangkas adalah gunting dahan atau ranting, gergaji, pisau atau parang yang tajam dan steril (Bernardinus, 2006: 46).

             c))            Pemupukan
Pemupukan pada tanaman durian bisa menggunakan pupuk organik dan pupuk anorganik. Pada masa-mas awal pertumbuhan, tanaman diberi pupuk yang mempunyai kandungan nitrogen dan fosfor yang tinggi. Setelah tanaman berumur dewasa dan mendekati masa-mas produktif, gunakan pupuk yang mempunyai kandungan kalium tinggi ditambah dengan unsure mikro, seperti Ca, Mn, Mg, Cu, Zn, dan Mb. Jika kekurangan salah satu unsure di atas, tanaman durian tidak akan berbuah dan akan mengalami kerusakan fisiologis (Bernardinus, 2006: 48). Pada durian yang berumur 1 tahun diberi 500 gram pupuk NPK. Jumlah pupuk meningkat setiap tahun 1 kg NPK pada umur 2 tahun, 1.5 kg NPK pada umur 3 tahun, 2 kg NPK pada umur 4 tahun. Pupuk ditempatkan dalam rorakan (selokan) melingkari tanaman dengan kedalaman 10-15 cm. Lingkaran berubah mengikuti pertumbuhan tanaman dan tajuk pohon. Pupuk ditabur merata ke rorakan dan ditutup kemBali dengan tanah (Pratiknyo, 2002).

            d))            Penyiangan
Penyiangan dilakukan ketika tanaman durian sudah ditumbuhi rerumputan disekitar batang tanaman. Penyiangan pada tanaman muda harus dilakukan dengan hati-hati karena dapat merusak pertumbuhan tanaman durian(Pratiknyo, 2002).

f)                   Pengendalian hama dan penyakit
Menurut Bernardinus (2006: 57-60) ada beberapa jenis pengendalian hama pada tanaman durian antara lain:
                      a))      Hama penggerek batang (Batocera Naminator, Xyleutes Leuconotus, dan Zauaera Coffe) dapat diatasi dengan cara menyingkirkan rumput-rumputan, gulma, tanaman inang, dan daun-daun tanaman durian yang sudah rontok dan menutup bekas lubang penggerek dengan kapas yang sudah diberi insektisida sistemik. Pada tanaman dewasa dapat dilakukan dengan menyuntikkan pestisida ke batang (Pratiknyo, 2002).
                     b))      Hama penggerek buah (Thirataba Ruptilinea, Hypea Leprostictia, dan Dacus Dorsalis) dapat diatasi dengan menyemprotkan insektisida sistemik seperti Basudin, Sumithion 50 AC, dan Thiodan 35 EC, sejak buah berumur 1 minggu dengan dosis 2-3 cc/ liter  atau  mengikuti petunjuk di kemasan (AAK, 2006: 94).  Cara lain dengan menggunakan perangkap yang berbahan aktif Methyl Eugenol seperti M-Atraktan.
                      c))      Hama Kutu loncat (hama jenis Psylideae) dapat diatasi dengan menyomprotkan insektisida sistemik yang beredar di pasaran seperti Curacron, Decis, Dursban, dan Matador dengan konsentrasi 0,2 %.
                     d))      Hama Kutu putih (Pseudococus sp.) disebarkan oleh semut, cara yang dapat dilakukan untuk membasmi hama ini adalah dengan menggunakan insektisida dan akarisida.
                      e))      Hama Rayap dapat dibasmi dengan insektisida berbahan aktif karbofuran dapat juga ditaburkan di lubang tanam sebelum penanaman dilakukan. Sanitasi terhadap kebun juga perlu dilakukan yaitu membersihkan kayu-kayu bekas tebangan sekitar tanaman durian  agar tidak menjadi tempat berkembang biaknya rayap.
                      f))      Ulat daun (jenis Papilio Angamemmom (L.), Setora Nitens, dan Lymatria Dispar) dapat dibasmi dengan menggunakan insektisida kontak atau perut.

Menurut Bernardinus (2006: 61-64) disamping dengan pengendalian hama di atas juga terdapat berbagai jenis pengendalian penyakit yang terjadi pada tanaman durian antara lain:
                      a))      Kanker batang dan mati pucuk dapat diatasi dengan menjaga sanitasi pada kebun, memperlebar jarak tanam, membasmi gulma, memangkas tanaman juga dapat dilakukan dengan menyemprotkan fungisida pada tanaman atau dengan mengoleskan fungisida pada batang yang sudah luka kemudian menutupnya dengan paraffin.
                     b))      Busuk akar diakibatkan oleh cendawan Phytium Vexans. Cara penanggulannya yaitu dengan menyemprotkan fungisida dengan bahan aktif metalaxyl, fosetyl aluminium, atau dengan etridiazole. Pada tanaman yang sudah terserang penyakit dan mati sebaiknya dibasmi dengan cara dibakar dengan membubuhkan kapur pada bekas lubang tanaman durian.
                      c))      Bercak daun diakibatkan oleh cendawan Collectotrichum durionis. Cara penanggulannya yaitu dengan memotong bagian tanaman yang terserang atau dengan menyemprotkan fungisida yang berbahan aktif tembaga.
                     d))      Jamur upas (Pink Disiase) dapat ditanggulangi dengan menggoleskan fungisida berbahan aktif tembaga pada bagian yang terserang mengurangi kelembaban di areal penanaman, memotong bagian yang terserang, dan menyemprotkan tanaman dengan fungisida seperti Dhitan M-45 atau Vitigran Blue.
                      e))      Akar putih diakibatkan oleh cendawan jenis Rigodoporus Lignosus dan Basidiomycetes dari genus Polyporacceae. Penanggulannya yaitu dengan menyemprotkan fungisida berbahan aktif tridermorph, triadimefon, propinazole, atau triazole ke tanaman yang terserang dan tanaman inang.
                      f))      Busuk buah disebabkan oleh cendawan jenis Phytopthora Palmivora. Penanggulannya dapat dilakukan dengan menyemprotkan insektisida untuk membunuh serangga dan siput yang menjadi vektornya.  

Disamping penyakit seperti di atas ada juga penyakit fisiologis  yang menyerang tanaman durian antara lain:
                      a))      Ujung daun mengering diakibatkan oleh kurangnya unsur Zn pada tanaman. dapat diatasi dengan menyemprotkan unsur mikro ZN  pada daun tanaman atau menyiram tanaman.
                     b))      Wet core merupakan penyakit yang diakibatkan oleh kelebihan air dan tanaman yang kekurangan unsure mikro potassium. Buah menjadi agak lembek dan basah. Penanggulangananya dapat dilakukan dengan cara menyemprotkan potassium dan mencegah kelebiham air dengan membuatkan saluran drainase.
                      c))      Daging buah keras diakibatkan oleh kekurangan kalsium dan magnesium pada tanaman durian. Umunya terjadi pada buah durian yang memiliki biji yang banyak.
                     d))      Tip burn diakibatkan oleh buah durian yang terlalu cepat masak dan kekurangan air serta nutrisi pada saat pembentukan buah.
g)      Masa Panen dan Pasca Panen
                      a))      Masa panen
Pada umur sekitar 5 - 10 tahun  durian sudah mulai berbunga, tergantung pada varietas dan macam bibit yang digunakan (Sunarjono, 2003: 161). Musim berbunga jatuh pada musim kemarau, sekitar bulan Juni-September. Sehingga pada bulan Oktober hingga bulan Pebruari buah sudah dewasa atau membutuhkan waktu matang buah selama 4-5 bulan (Pratiknyo, 2002).
 Buah yang matang akan jatuh sendiri. Mengantisipasi buah agar tidak jatuh langsung ke tanah dapat dilakukan dengan mengikat tangkai durian dengan menggunakan tali plastik pada ranting pohon. Buah durian yang jatuh sendiri kurang bagus kualitasnya karena bisa rusak akibat benturan saat jatuh ke tanah. Cara pemanenan bisa dilakukan dengan memetik atau memotong buah di pohon dengan menggunakan pisau atau galah berpisau. Bagian yang dipotong adalah tangkai buah yang dekat dengan pangkal batang, bukan yang dekat dengan pangkal buah. 
Mutu buah durian dalam satu pohon tidak sama, maka dari itu diperlukan pemisahan buah durian yang mutunya bagus dan kurang bagus untuk mengatur harga buah durian (AAK, 2006: 100).

                     b))      Masa pasca panen
Buah durian yang sudah masak tidak boleh dibiarkan dalam jangka waktu yang lama karena dapat membuat durian terasa hambar dan terasa masam. Bahkan dapat mengalami kebusukan karena terkontaminasi oleh udara di sekitarnya melalui celah-celah dan pori-pori kulit buah (AAK, 2006: 101). Buah durian hasil panen yang ditujukan untuk pemasaran jarak jauh atau untuk ekspor perlu mengalami penanganan pascapanen yang benar supaya kualitasnya tidak menurun. Menurut Benardinus (2006: 68) ada beberapa cara dalam penanganan buah durian yaitu:
                              1.      Setelah memetik selesai, buah diberi tanda berupa label yang menyebutkan keterangan asal kebun atau pohon untuk mengontrol kualitas buah.
                              2.      Buah dicuci dengan air untuk menghilangkan kotoran yang melekat pada kulit buah.
                              3.      Buah dicelupkan pada larutan fungisida benomil atau O-ethyl phospohonate untuk menghindari kebusukan karena cendawan Phytopthora sp. Selama dalam pemeraman dan transportasi.
                              4.      Buah diangin-anginkan supaya kering.
                              5.      Buah diseleksi berdasarkan grade atau tingkatannya. Untuk dieskpor ke luar negeri diseleksi berdasarkan bobot dan jumlah juring pada buah durian.
                              6.      Setelah selesai diseleksi, buah dimasukkan ke dalam peti atau kotak karton yang bisa menampung 3-5 buah dengan total berat 12 kg.

Komentar