PROPOSAL PENELITIAN
A. JUDUL
DAYA DUKUNG LINGKUNGAN TERHADAP PERKEMBANGAN OBYEK PARIWISATA AIR TERJUN ALING-ALING DI
KAWASAN DESA SAMBANGAN KECAMATAN SUKASADA KABUPATEN BULELENG
B. IDENTITAS
PENELITI
Nama :
Putu Lisa Kumala Dewi
Nim :
0814031021
Jurusan :
Pendidikan Geografi
Fakultas :
Ilmu Sosial
C. LATAR
BELAKANG
Dekade ini, perkembangan
pariwisata makin kian berkembang pesat, perkembangan dunia pariwisata telah
mengalami berbagai perubahan baik perubahan pola, bentuk dan sifat kegiatan,
dorongan orang untuk melakukan perjalanan, cara berpikir, maupun sifat
perkembangan itu sendiri. Di negara maju pariwisata sudah bukan hal yang baru
lagi bahkan orang melakukan suatu perjalanan merupakan kebutuhan hidup suatu
manusia. Namun demikian di negara-negara sedang berkembang atau yang sering
disebut Negara Dunia Ketiga Pariwisata baru dalam taraf
perkembangan. Pengembangan pariwisata di dunia ketiga lebih berorientasi ke pariwisata alternatif dan pariwisata ekonomi, kita sudah merasakan bahwa dari tahun ke tahun jumlah wisatawan internasional terutama yang mengunjungi Indonesia terus meningkat sehingga kita di hadapkan pada persoalan untuk menata produk-produk wisata sehingga dapat meningkatkan dari minat wisatawan untuk berkunjung (Spillance,1987).
perkembangan. Pengembangan pariwisata di dunia ketiga lebih berorientasi ke pariwisata alternatif dan pariwisata ekonomi, kita sudah merasakan bahwa dari tahun ke tahun jumlah wisatawan internasional terutama yang mengunjungi Indonesia terus meningkat sehingga kita di hadapkan pada persoalan untuk menata produk-produk wisata sehingga dapat meningkatkan dari minat wisatawan untuk berkunjung (Spillance,1987).
Pariwisata merupakan
industri yang kelangsungan hidupnya sangat peka terhadap kerusakan lingkungan
oleh baik-buruknya lingkungan. Industri ini sangat peka terhadap kerusakan
lingkungan, misalnya pencemaran oleh limbah domestik dan kerusakan pemandangan
alam, serta sikap penduduk yang tidak ramah. Suatu daerah wisata mempunyai
kemampuan tertentu untuk menerima wisatawan, yaitu disebut daya dukung
lingkungan. Daya dukung lingkunan di bidang pariwisata dapat dinyatakan dalam
jumlah wisatawan per satuan luas per satuan waktu. Tetapi baik luas maupun
waktu umumnya tidak dapat dirata-ratakan, karena penyebarannya wisatawan dalam
ruang dan waktu tidak merata (Darsoprajitno,12:2002).
Tujuan wisatawan di
dunia yang ada di Indonesia salah satunya adalah Bali. Bali
merupakan daerah tujuan wisata yang memiliki keanekaragaman budaya dan
keindahan alam. Keanekaragaman hayati ini diperkaya dengan adanya berbagai
macam objek-objek wisata di masing-masing kabupaten. Salah satunya Kabupaten
Buleleng yang menyajikan keindahan alam dan seni budayanya. Seni budaya
dikembangkan dengan mengadakan kegiatan-kegiatan seni seperti pegelaran
ogoh-ogoh, pesta kesenian Buleleng, serta pegelaran seni kecamatan setiap
bulan. Kegiatan-kegiatan ini mengundang para wisatawan untuk berkunjung menyaksikan
pementasan seni masyarakat Buleleng. Keindahan seni budaya juga perlu didukung
oleh keindahan alamnya. Hal ini perlu agar para wisatawan dapat menikmati
keindahan seni budaya dan keindahan alam dalam satu tempat. Buleleng memiliki
berbagai objek wisata yang dapat dinikmati oleh wisatawan, seperti Air Tejun
Gitgit, pantai Lovina, Air Terjun Singsing, Danau Buyan, Danau Tamblingan, Air
Terjun Aling-Aling Sambangan, Air Panas Banjar.
Keindahan
alam saja tidak dapat memberikan kontribusi terhadap perkembangan ekonomi
masyarakat jika tidak dikelola secara maksimal. Objek-objek wisata di Kabupaten
Buleleng khususnya, belum secara maksimal dikembangkan dengan berbagai atraksi
objek pariwisata. Jasa pelayanan objek wisata juga belum optimal, yang ditandai
dengan kekurangan sarana prasaran dalam menciptakan pariwisata yang kondusif.
Wisatawan hanya dapat menikmati keindahan alam, tanpa ada layanan pariwisata
alam lainnya. Hal ini menyebabkan ketidak merataan penyebaran kunjungan para
wisatawan. Salah satu objek wisata yang dapat dikembangkan di Kabupaten Buleleng
adalah objek wisata Air Terjun Aling-Aling
yang ada di kawasan Desa Sambangan, kecamatan Sukasada.
Desa Wisata Sambangan
merupakan sebutan bagi Desa Sambangan, Kecamatan Sukasada Kabupaten Buleleng .
Desa Wisata Sambangan memiliki keunikan dan keindahan alamnya yang benar-benar
masih alami dan asri. Desa tersebut merupakan salah satu Desa yang ada di Bali
yang memiliki kekayaan alam yang beragam, lengkap sekaligus indah, seperti teras sawah yang indah, air terjun, goa sejuk,
delta di tengah sungai, satwa jinak
dan hutan hijau yang menyatu dalam satu wilayah.
Dari pinggir jalan terdapat sawah dan perkebunan yang diselingi deretan
pohon-pohon kelapa. Pemandangan di
sela-sela perbukitan terdapat hamparan sawah yang memiliki pemandangan yang
indah karena pemandangan yang masih alami dan asri (http/www.Desa Wista
Sambangan). Di desa Sambangan kini sedang fokus dalam pengembangan objek wisata
Air Terjun Aling-Aling, dengan daya dukung fisik dan sosialnya. Maka dari itu
penelitian ini akan dilakukan di objek wisata Air Terjun Aling-Aling di kawasan
Desa Sambangan Buleleng.
Air Terjun Aling-Aling di kawasan Sambangan melengkapi objek wisata yang
lain yang ada di kawasan Sambangan. Dari nama Air Terjun tersebut yang bernama
Aling-Aling berarti tersembunyi, karena lokasi untuk menuju objek dari areal
parkir menempuh perjalanan 200m dengan melewati hamparan sawah, hutan yang
memiliki keindahan alam yang sangat asri melalui jalan setapak. Objek wisata ini
memiliki potensi alam yang sangat besar untuk dijadikan sebagai objek wisata
karena pemandangan Air Terjun Aling-Aling yang indah dan masih benar-benar
natural, namun objek tersebut baru hanya dikembangakan oleh masyarakat setempat
yang belum secara optimal oleh karena itu sangat perlu adanya pengelolaan
lingkungan yang terencana dan sentuhan dari pemerintah untuk keberlanjutan
pariwisata kedepannya. Dalam pengelolaan dan perkembangan untuk objek wisata Air
TerjunAling-Aling di kawasan Desa sambangan tersebut yang memegang peranan
penting adalah sumber daya manusia dari masyarakat setempat, karena keahlian
dan ketrampilan di bidang pariwisata sangat dibutuhkan dalam pengelolaan
pariwisata demi keberlanjutan dari objek wisata tersebut. Selain itu peranan
lingkungan fisik juga ikut mendukung dalam perkembangannnya.
Kawasan Sambangan selain memiliki objek wisata Air Terjun Aling-Aling juga
memilki objek wisata yang lain seperti Air Terjun Dedari, Cemara, Lanting,
Tibuan Gadang, Tibuan Lesung, Tibuan Sarang, Tibuan Linggah, Tibuan Canging dan
Terasering persawah di lereng-lereng bukit yang memilki keindahan yang sangat
menarik. Untuk sementara, objek yang sudah dikembangkan dan kerap dikunjungi
wisatawan baru sedikit. Di sepanjang perjalanan menuju lokasi air terjun
Aling-Aling ditemui satwa liar yang jinak seperti kera dan kijang, yang
menambah kesan bahwa alam di sana memang masih alami. Suguhan keindahan alam
ini memiliki nilai jual yang belum dimanfaatkan secara optimal, sehingga perlu
adanya pengelolaan dan pengembangan terhadap wisata tersebut, misalnya dengan
penataan lingkungannya, aksesbilitas menuju lokasi, penyediaan fasiltas akomodasi
(arel parkir yang luas, pos tempat peristirahatan), mempertahankan atraksi yang
dimiliki (maceburan dan buggy jumping), warung yang menjual cindramata yang
bisa mencirikan dari daerah setempat, penyediaan tempat untuk menikmati atraksi,
dan diperlukan juga promosi yang dilakukan secara kontinyu. Untuk melakukan
semua pengelolaan lingkungan fisik dan
sosial diperlukan ketrampilan dan keahlian di bidang pariwisata. Maka dari itu sumber
daya manusia dari masyarakat setempat sangat perlu ditingkatakandi bidang
pariwisata khusunya. Dalam pengelolaan lingkungan di objek wisata Air Terjun
Aling-Aling yang menjadi kendala adalah sumber daya manusia yang dikatakan
masih rendah.
Berbagai usaha sangat penting dilakukan dan
ditingkatkan oleh pemerintah maupun swasta untuk terus memajukan dan
mengembangkan obyek wisata Air Terjun Aling-Aling Sambangan dalam dunia
pariwisata dengan tetap mempertahankan keasrian dari alamnya yang dapat menarik
wisatawan.
D. RUMUSAN
MASALAH
Berdasarkan
latar belakang permasalahan di atas yang dikaji dalam penelitian ini dapat
dirumuskan sebagi berikut
1.
Apakah
Obyek Wisata Air Terjun Aling-aling yang
ada di kawasan Sambangan sudah memenuhi syarat-syarat sebagai daerah tujuan
wisata ?
2.
Bagaimanakah
peranan daya dukung lingkungan dalam pengelolaan Obyek Wisata Air Terjun
Aling-Aling di kawasan Sambangan ?
E. TUJUAN
PENELITIAN
Berdasarkan
latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka tujuan dalam penelitian adalah
sebagai berikut.
1.
Untuk
mengetahui apakah obyek wisata Air Terjun Aling-Aling yang ada di kawasan
sambangan sudah memenuhi syarat-syarat sebagai daerah tujuan wisata.
2.
Untuk
mengetahui peranan daya dukung lingkungan dalam pengelolaan Obyek Wisata Air
Terjun Aling-Aling di Kawasan Sambangan.
F.
MANFAAT PENELITIAN
Adapun manfaat dari penelitian tersebut adalah sebagai
berikut.
§
Secara
teoritis, hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk menambah wawasan
penulis dengan mengaflikasikan teori-teori yang didapat dibangku kuliah dalam
bentuk karya ilmiah.
§
Secara
praktis, hasil penelitian ini diharapkan sebagai informasi tentang keberadaan
obyek wisata Air Terjun Aling-Aling di kawasan Sambangan.
a.
Bagi
mahasiswa, penelitian ini merupakan kesempatan yang baik untuk mengaplikasikan
teori-teori yang diperoleh dibangku kuliah dengan kenyataan di lapangan.
b.
Bagi
pemerintah penelitian ini hendaknya dijadikan masukan khusus bagi instansi
terkait dengan penelitian ini.
c.
Bagi
lembaga, hasil penelitian ini dapat menambahkan perbendaharaan penelitian
sesuai dengan Tri Dharma Perguruan Tinggi.
G. TINJAUAN
PUSTAKA
A.
Konsep Pariwisata
Didalam membina
atau meningkatkan kesadaran masyarakat dibidang kepariwisataan dibutuhkan
penyebarluasan berbagai pengertian yang berhubungan dengan segala macam atau
bentuk peristilahan yang sering digunakan dalam dunia kepariwisataan. Hal
tersebut sangat penting sebagai sarana untuk menambah wawasan. Hal-hal yang
berhubungan dengan pariwisata tadi antara lain adalah mengenai apa itu
pariwisata dan apa saja yag dibutuhkan para wisatawan. Hal ini penting
mengingat bagaimana juga dengan semakin berkembangnya pariwisata Nasional maka
masyarakat akan bersinggungan dengan dunia pariwisata dan sekaligus mendapat
pelajaran tentang manfaatnya, baik langsung maupun tidak langsung.
Pada
hakekatnya berpariwisata adalah suatu proses kepergian sementara dari seseorang
atau lebih menuju tempat lain di luar tempat tinggalnya. Dorongan kepergiannya
adalah karena berbagai kepentingan, baik karena kepentingan ekonomi, sosial,
kebudayaan, politik, agama, kesehatan maupun kepentingan lain, seperti karena
sekedar ingin tahu, menambah pengalaman ataupun belajar. Gamal Suwantoro (1997)
Wisatawan merupakan seseorang atau kelompok orang yang melakukan suatu
perjalanan wisata disebut dengan wisatawan (tourit), jika lama tinggalnya
sekurang-kurangnya 24 jam di daerah atau negara yang dikunjungi. Apabila mereka
tinggal di daerah atau negara dikunjungi dengan kurang waktu dalam 24 jam maka
mereka disebut dengan pelancong (excursionist). Pengunjung (visitor), yaitu setiap orang yang datang ke suatu
negara atau tempat tinggal lain dan biasanya dengan maksud apapun kecuali untuk
melakukan pekerjaan yang menerima upah. Pariwisata memiliki definisi yang
bermacam-macam, yang dikemukakan oleh beberapa ahli sesuai dengan tinjauan
mereka masing-masing. Gamal Suwantoro (1997)
menyatakan,
Pariwisata
berhubungan erat denagn pengertian perjalanan wisata, yaitu sebagai suatu
perubahan tempat tinggal sementara seseorang di luar tempat tinggalnya karena
suatu alasan dan bukan untuk melakukan kegiatan yang menghasilkan upah. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau
lebih dengan tujuan antara lain untuk mendapatkan kenikmatan dan memenuhi
hasrat ingin mengetahui sesuatu. Dapat juga karena kepentingan yang berhubungan
dengan kegiatan olah raga untuk kesehatan, konvensi, keagamaan dan keperluan
usaha yang lainnya.
Spillance (1987:21) menyatakan,
Pariwisata adalah perjalanan dari satu tempat ke tempat
lain, bersifat sementara, dilakukan per orangan atau kelompok, sebagai usaha
untuk mencari keseimbangan dan kebahagiaan dengan lingkungan hidup dalam
dimensi sosial, budaya, alam, dan lingkungan.
B.
Tinjaun Geografi Pariwisata tentang obyek Wisata
1. Pengertian
Obyek wisata
Pariwisata terlahir
terlahir dari bahasa Sanskerta yang komponen-komponen terdiri dari (a) pari
yang artinya penuh, lengkap, berkeliling, (b) wis (man) yang artinya rumah,
property, kampong, komunitas, (c) ata yang artinya pergi terus-menerus,
mengembara (roaming about) yang bila dirangkai menjadi satu kata melahirkan
pariwisata, berarti: pergi secara lengkap meninggalkan rumah (kampung)
berkeliling terus menerus. Dalam oprasionalnya istilah pariwisata sebagai
pengganti istilah asing “tourism” atau “travel” diberi makna oleh Pemerintah
Indonesia. ’mereka yang meninggalkan rumah untuk mengadakan perjalanan tanpa
mencari nafkah di tempat-tempat yang dikunjungi sambil menikmati kunjungan
mereka’ (Pendit ,2002:30).
Tempat
yang dikunjungi oleh wisatawan tersebut merupakan tempat-tempat yang memiliki
daya tarik tinggi, sehingga wisatawan tertarik untuk mengunjunginya.
Tempat-tempat tersebutlah yang dikenal
dengan istilah obyek wisata. Menurut Hunziger dan karft (dalam
Pendit,2002:21) mengemukakan bahwa objek wisata adalah suatu tempat atau lokasi
yang memiliki potensi untuk menarik minat seseorang untuk mengunjunginya. Hal
senada juga diungkapkan oleh Spillance (dalam Oka A Yoeti, 1999 ) mengemukakan
bahwa objek wisata merupakan suatu areal atau wilayah yang terdapat di muka
bumi yang memiliki ciri khas berupa keindahan alamnya.
Tentunya
sesuatu atau suatu wilayah dapat dijadikan sebagai obyek wisata tidak hanya
tergantung pada keindahan fenomenanya , melainkan juga karena kekhasan yang
dimiliki oleh obyek tersebut. Obyek wisata adalah suatu tempat atau benda yang
memilki cirri khas tersendiri dan memiliki daya tarik tersendiri, sehingga
mengundang perhatian banyak orang untuk menyaksikannya” (Richard 1996:27). Begitu pula halnya seperti yang yang
diungkapakan oleh Norwal (dalam
Munadi,1953:39) bahwa objek wisata adalah “ suatu tempat yang memiliki daya
tarik baik itu karena keindahanya atau pun nilai historis yang terkandung di
dalamnya”.
Jadi
berdasarkan uraikan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa obyek wisata adalah
suatu suatu lokasi atau obyek yang memilki daya tarik minat wisatawan untuk
berkujung ke tempat tersebut. Daya tarik tersebut dapat berupa keindahan
ataupun riligius yang terdapat di dalam suatu objek tersebut.
2.
Jenis
Obyek wisata
Perbedaan
jenis obyek wisata akan memberikan kenikmatan dan kepuasan tersendiri terhadap
pengunjungnya. Berdasarkan perbedaan tersebut, menurut Pendit (1999:38) dalam
bukunya yang berjudul “Ilmu Pariwisata Sebuah Pengantar Perdana” mengemukakan
beberpa jenis pariwisata yang dikenal dewasa ini adalah sebagi berikut .
a) Wisata
Budaya
Wisata budaya merupakan
perjalanan yang dilakukan atas dasar keinginan untuk memperluas pandangan hidup
dengan jalan mengadakan kunjungan atau peninjauan ke tempat lain, mempelajari
keadaan rakyat, kebiasaan dan adat istiadat mereka, cara hidup, budaya dan seni
mereka.
b) Wisata
Kesehatan
Wisata kesehatan
merupakan perjalanan seorang wisatawan dengan tujan tersebut untuk menukar
keadaan dan lingkungan tempat sehari-hari dimana ia tinggal demi kepentingan beristirahat baginya dalam
arti jasmani dan rohani dengan mengunjungi tempat peristirahatan.
c) Wisata
Olahraga
Wisata olah raga adalah
wisatawan-wisatawan yang melakukan perjalanan dengan tujuan berolahraga atau
memang sengaja bermaksud mengambil bagian aktif dalam pesta olahraga di suatu
tempat atau negara seperti Asian games, Olympiade, Thomas Cup, Uber Cup, Tour
de France, F-1 (Formula One). Macam cabang oalh raga yang termasuk dalam jenis
wisata olah raga yang bukan tergolong dalam pesta olahraga atau games, misalnya
berburu, memancing, berenang, dan berbagai cabang olah raga dalam air atau di
atas pegunungan
d) Wisata
komersial
Wisata komersial
merupakan perjalanan wisata untuk mengunjungi pameran-pameran dan pecan raya
yang bersifat komersial, seperti pameran industry, pameran dangang dan
sebagainya.
e) Wisata
Industri
Wisata industry
merupakan perjalanan yang dilakukan oleh rombongan pelajar atau mahasiswa, atau
orang-orang awam ke suatu komplek atau daerah perindustrian di mana terdapat
pabrik-pabrik atau bengkel-bengkel besar dengan maksud dan tujuan untuk mengadakan
peninjauan atau penelitian.
f) Wisata
politik
Wisata politik merupakan perjalanan yang dilakukan untuk
mengunjungi atau mengambil bagian secara aktif dalam peristiwa kegiatan
politik, seperti perayaan hari kemerdekaan republic Indonesia (17 Agustus 1945)
di Jakarta.
g) Wisata
Konvensi
Wisata ini dilakukan
denagn cara menyediakan fasilitas bangunan dengan ruangan tempat bersidang bagi
para peserta suatu konvensi, musyawarah, pertemuan/konvensi lainnya baik yang
bersifat nasiaonal maupun internasional.
h) Wisata
sosial
Wisata sosila merupakan
pengorganisasian suatu perjalanan murah sreta mudah untuk memberikan kesempatan
kepada golongan masyarakat ekonomi lemah untuk mengadakan perjalanan.
i)
Wisata Pertanian
Wisata pertanian
merupakan pengorganisasian perjalanan yang dilakukan ke proyek-proyek
pertanian, perkebunanaa, lading pembibitan dan sebagainya dimana wisatawan
rombongan dapat mengadakan kunjungan dan peninjauan.
j)
Wisata Bahari
Wisata bahari merupakan
jenis wisata yang banyak dikaitkan dengan olah raga air, berkeliling melihat
taman laut dengan pemandangan indah di bawah permukaan air, menikmati keindahan
pantai dan keadaan di sekitar pantai seperti pegunungan, bukit yang ada di
sekitarnya yang banyak dilakukan di negara-negara marirtim seprti Indonesia.
k) Wisata
Cagar Alam
Wisata cagar alam
merupakan eisata yang banyak dilakukan oleh para pencinta alam dalam kaitannya
denagn kegemarannya memotret binatang atau marga satwa serta pepohonan dan
kembang beraneka warna yang mendapat perlindungan dari pemerintah dan masyarakat.
l)
Wisat Buru
Wisata buru merupakan
jenis pariwisata yang dilakukan di negara-negara yang memang memilki daerah
atau hutan tempat berburu yang dibenarkan oleh pemerintah. Wiata ini diatur
dalam bentuk safari buru yang ditetapkan oleh pemerintah yang bersangkutan
sperti di negara Afrika berburu gajah dan singa.
m) Wisata
Pilgrim
Wisata pilgrim
merupakan jenis wisata yang banyak denagn agama, sejarah, adat istiadat dan
kepercayaan umat atau kelompok dalam masyarakat. Wisata ini banyak dilakukan ke
tempat-tempat suci seperti makm pemimpin yang di agungkan dan sebagainya.
n) Wisata
Bulan madu
Wisata bulan madu
merupakan suatu penyelenggaraan perjalanan bagi pasangan-pasangan merpati atau
pengantin abru yang sedang berbulan madu disuguhkan fasilitas0fasilitas yang
khusus dan tersendiri demi kenikmatan perjalanan dan kunjungan mereka seperti
kamar hotel yang dihiasi dengan bunga dan lampu warna-warni.
Sedangkan
pariwisata menurut spillance (1987:34), membedakan pariwisata berdasarkan
tujuan wisatawan berkun jung ke suatu rangkaian pariwisata di suatu tempat
anatar lain:
a. Pariwisata
untuk menikmati perjalanan
b. Pariwisata
untuk rekreasi
c. Pariwisata
untuk menikmati kebudayaan
d. Pariwisata
untuk menikmati kebudayaan
e. Pariwisata
untuk menikmati olah raga
f. Pariwisata
untuk urusan usaha
g.
Pariwisata untuk upacara keagamaan
maupun untuk penyelenggaraan adat istiadat.
C.
Syarat-Syarat
Berdirinya Daerah Tujuan Wisata
Atraksi wisata yang
baik harus dapat mendatangkan wisatawan sebanyak-banyaknya, menahan di tempat
atraksi dalam waktu yang cukup lama dan member kepuasan kepada wisatawan yang
dating berkunjung. Untuk mencapai hasil itu, harus memenuhi beberapa syarat
(Hadinoto, K 1996:45), diantaranya :
1. Kegiatan
(act) dan obyek (artifact) yang merupakan atraksi itu sendiri dalam keadaan yang
baik.
2. Karena
atraksi wisat itu harus disajikan di hadapan wisatawan, maka pemyajiannya
(presentasinya) harus tepat (pemandu wisata)
3. Atraksi
wisata adalah terminal dari suatu mobilitas spasial, suatu perjalanan. Oleh
karena itu juga harus memenuhi semua determinan mobilitas spasial, yaitu
akomodasi, transportasi, dan fasilitas makan dan minum.
4. Keadaan
di tempat atraksi harus dapat menahan wisatawan cuku lama (wisatawan berkaesan
dengan keindahan alam, obyek-obyek bersejarah dan sebagainya)
5. Kesan
yang diperoleh wisatawan waktu menyaksikan atarksi wisata harus diusahakan
supaya bertahan selam mungkin (penata lingkungan, pelayan restaurant)
Apabila suatu syarat
saja tidak dapat terpenuhi, maka akan menghambat pertumbuhan pariwisata di
suatu obyek.
D.
Daya Dukung
Lingkungan
Daya
dukung merupakan suatu ukuran jumlah individu dari suatu spesies yang dapat
didukung oleh lingkungan tertentu (Manik 2003:121). Daya dukung lingkungan di
suatu daerah sangat terikat pada kemampuannya untuk pulih kembali secara alami.
Ada yang kemampuannya untuk pulih kembali secara alami berlangsung dengan
cepat, lambat atau bahkan tidak mampu pulih kembali seperti semula. Kemampuan
alami untuk untuk dapat pulih kembali seperti semula di sebut daya lenting.
Daya lenting suatu daerah umunya amat tergantung pada tata letak geologinya
khusunya jenis lithologi (batuan) yang membentuk topografi (gambaran permukaan)
medannya (Darsoprajitno, 2002:7)
Lingkungan pariwisatayang berbasisikan alam, budaya dan
warisan secara alami mempunyai keterbatasan dalam mempertahankan kondisinya
terhadap fenomena kehidupan yang terus berubah dan berkembang. Kemajuan
teknologi, ilmu pengetahuan memicu perubahan prilaku manusia dalam upaya
memenuhi kebutuhan dan keinginannya termasuk kebutuhan untuk bersenang-senang
dengan melakukan perjalan yang dalam berbagai kasus menjadi penyebab menurunnya
kepariwisataan baik fisik, sosial maupun budaya (Yoeti, 2006:239).
a) Daya Dukung Lingkungan fisik
Tumbuhnya budaya suatu masyarakat akibat mantapnya tata
sosial dan kemampuannya dalam bidang ekonomi, mendorong kegiatan hidup manusia
untuk lebih banyak memanfaatkan sumbar daya alam termasuk penataannya.
Pemanfaatan ini tidak mustahil dapat
mengganggu atau merusak keseimbangan tata alam, kecuali jika manusia mampu
memahami dan memanfaatkan sesuai dengan hokum alam, ekosistem dan daya dukung
lingkungan.
Suatu bentuk dari kegiatan pariwisata mempunyai peranan
dalam menurunnya kondisi lingkungan dan cendrung merusak kegiatan pariwisata.
Erosi sumber daya alam, perusakan terhadap lingkunganpariwisata yang telah
dibangun dan kekacauan atau gangguan struktur sosial dari masyarakat setempat
merupakan dampak dari indikator-indikator yang tidak dikehendaki (Ding dan
Pilgram, 1995; Yoeti,2006).
Berdasarkan atas fenomena tersebut, maka pariwisata dalam
kajian geogarfi selalu dikaitkan dengan fenomena alam yang berupa perubahan
bentuk permukaan yang dapat menghasilkan dan membentuk suatu kenampakan sebagai
bahan potensi suatu objek wisata, misalnya perubahan bentuk permukaan bumi karena
tenaga eksogen dan endogen seperti terbentuknya pegunungan,perbukitan, lembah,
danau, sungai atau bentuk yang lain yang menarik untukdijadikan sebagai suatu objek wisata. Ada beberapa
faktor-faktor pendukung lingkungan fisik kepariwisataan yaitu :
1.
Iklim
Untuk
kawasan wisata, demikian esensialnya unsure iklim dapat berpengaruh terhadap
aktivitas dibidang kepariwisataan, dalam hal ini baik aktivitas pengunjung atau
wisatawan maupun aktivitas penduduk setempat yang saling berkaitan. Unsur-unsur
iklim yang sangat berpengaruh terhadap iklim adalah curah hujan dan suhu.
Faktor-faktor utama yang mempengaruhi iklim adalah letak geografis, luas
permukaan tanah, karakteristik udara, keadaan tumbuh-tumbuhan dan yang terakhir
kegiatan manusia turut mempengaruhi faktor-faktor iklim dengan membangun
kota-kota dan pabrik-pabrik (Lange 2000:33). Unsur iklim yang berpengaruh
terhadap perkembangan pariwisata di Indonesia yaitu menurut tipe iklim koppen
adalah tipe iklim A=iklim hujan tropis (tropical
rain climate).
2.
Tata Air
Tata air merupakan unsur penting dalm
kehidupan di muka bumi. Siklus hidrologi sangat mempengaruhi ketersediaan air
termasuk tata air di suatu bantang lahan. Dalam beberapa hal variasinya lokasi
permukiman penduduk , di mana secara umum pemanfaatan lahan bergantung pada
ketersedaiaan air di suatu daerah, dapat bersumber dari air sungai, air tanah,
air danau, dan air hujan. Dalam konteks pengembangan kawasan wisata, air
merupakan kebutuhan vital untuk memenuhi kebutuhan komsumsi hotel, restoran, rumah
tangga, mandi dan sebagainya. Demikian pentingya air untuk kehidupan industri
pariwisata maka perlu usaha-usaha untuk melestarikan agar terjadi sumber-sumber
air yang tercemar (Wesanawa, 2002:8). Aspek-aspek air yang mendukung yaitu:
a.
Air
permukaan air yang ada dipermukaan bumi yang bersumber dari air hujan dan mata
air.
b.
Air
tanah (ground water) merupakan air yang terdapat dalam tanah yang menempati
ruang0ruang anatar butir-butir tanah di dalam retak-retak dari batuan, yang
merupakan salah satu sumber yang berda di wilayah jenuh permukaan.
3.
Topografi
Secara umum keadaan topografi wilayah
Indonesia terdiri atas bagian datar, miring atau berbukit, pegunungan dengan
puncak-puncak yang tinggi. Hal ini akan melahirkan jenis0jenis usaha pertanian
penduduk bervariasi antara pertanian lahan kering pada bagian yang berbukit
atau bergunung dan persawahan atau perkampungan yang pada bagian datar. Apabila
diperhatikan pada daerah-daerah yang miring dengan adanya sawah-sawah yang
berteras atau adanya sengkedan-sengkedan akan tampak merupakan perpaduan
panorama yang indah sebagai salah satu pendukung daya tarik kepariwisataan
(Wesnawa, 2002:8). Aspek-aspek topografi yang berpengaruh yaitu topografi
landai seperti pantai dan pegunungan dengan puncak-puncak yang tinggi.
4.
Tanah
Merupakan
akumulasi tubuh tanah yang bebas menduduki sebagian sifat-sifat sebagia akibat
pengaruh iklim, jarak hidup, yang bertindak terhadap bahan induk dalam relief
tertentu selama jangka waktu pula (Isa dalam Wesnawa,2002:9). Ada empat
komponen dalam tanah yaitu materi mineral, bahan organik, tata air dan udara.
Dengan mengetahui keadaan tanah akam memudahkan suatu perencanaan. Geologi
merupakan faktor yang relative statis namun berpengaruh pada permasalahan
ekologi, seperti pelaksanaan kegiatan eksploitasi, baik untuk penambangan
mineral maupun industri. Kegiatan eksploitasi bahan mineral secara luas akan
berdampak pada penurunan potensi hidrologi. Selain itu dalam sebuah
perencanaan, faktor geologi menjadi pertimbangan penting, di mana kondisi geologi
suatu daerah akan memberikan gambaran mengenai kesetabilan daerah tersebut dari
gempa. Dengan kata lain, kondisi geologi akan memberikan gambaran bagi
perencana dalam perencanaan pembangaunan. Apakah struktur batuan pada lokasi
yang di tentukan mempunyai daya dukung yang kuat dan mempunyai tingkat
kemantapan yang tinggi sebagai pondasi penyangga bangunan (Sujali,1989:83).
5.
Vegetasi
Berbagai jenis vegetasi
dan tumbuhan yang terdapat disuatu objek pariwisata akan semakin menambah
keindahan dan kesejukan bagi para wisatawan yang berkunjungg, terutama bagi
objek-objek pegunungan atau perbukitan yang mengandalkan rimbunnya berbagai
jenis tumbuhan, di samping untuk menambah alami daerah tersebut, juga sebagai
daya tarik.
6.
Penggunaan Lahan
Jenis penggunaan lahan
yang ada pada suatu wilayah tersebut. Secara tegas dapat dikatakan karena
adanya kebutuhan dan kegiatan masyarakat yang bersifat dinamis antara lain
kebutuhan dan kegiatan masyarakat yang bersifat dinamis antara lain kebutuhan
untuk bermukim dan usaha. Pada penggunaan lahan pada wilayah yang mengalami
perubahan terlebih jika suatu wilayah yang dikembangkan menjadi kawasan wisata,
maka perubahan penggunaan lahan akan berlangsung relatif dinamis dan dratis.
Hampir semua kawasan dikembangkan sebagai kawasan pariwisata sehingga
penggunaan lahan di sana banyak terdapat hotel, restaurant dan vila-vila.
Klasifikasi
pengembangan kawasan wisata sebgai daya dukung wilyah wisata berdasarkan jumlah
orang per luas wilayah yang dapat di tamping setiap tahun (Fendelin,1999;
atmaja 2006). Klasifikasi tersebut dapat disajikan pada Tabel 1.1
Tabel
1.1. Klasifikasi Pengembangan Kawasan Wisata
No
|
Pengembangan
|
Kawasan Wisata
|
Jumlah orang
(luas/tahun)
|
1
|
Intensif
|
Areal alam tidak rentan
|
2000
|
2
|
Ekstensif
|
Areal alam agak rentan
|
75
|
3
|
Dilindungi
|
Areal alam rentan
|
75
|
Area cagar alam, taman
nasional, suaka
|
2
|
||
Area masyarakat primitif
|
2
|
||
4
|
Intensif
|
Area peninggalan sejarah
|
2000
|
Sumber : Fendelin,1999; Atmaja 2007
Namun
demikan penentuan klasifikasi-klasifikasi mengenai kapasitas akan berbeda dari
suatu lokasi dengan lokasi lainnya tergantung situasinya. Standar daya dukung
lahan untuk kegiatan pariwisata yang akan direkomendasikan oleh World Tourm
Organisation (WTO)(1983 dalam Inskeep,1991; Atmaja 2008)) didasarkan pada jenis
aktivitas rekreasi. Standar tersebut disajikan pada tabel 1.2
Sebagai berikut.
Tabel
1.2 Standar Daya Dukung Lahan
No
|
Aktivitas
|
Kapasitas
|
1
|
Taman
hutan
|
0-15
pengunjung/hari/hektar
|
2
|
Wisata
alam kawasan pedesaan
|
15-17
pengunjung/hari/hektar
|
3
|
Areal
piknik dengan kepadatan tinggi
|
300-600
pengunjung/hari/hektar
|
4
|
Areal
piknik dengan kepadatan tinggi
|
60-600
pengunjung/hari/hektar
|
5
|
Areal
olah raga
|
100-200
pengunjung/hari/hektar
|
6
|
Lapangan
golf
|
10-15
pengunjung/hari/hektar
|
7
|
Aktivitas
di air:
1.
Memancing/berlayar
2.
Speed
boat
3.
Ski
air
|
5-30
pengunjung/hari/hektar
5-10
pengunjung/hari/hektar
5-15
pengunjung/hari/hektar
|
8
|
Trecking
:
1.
Hiking
2.
Horse
riding
|
40
orang/hari/kilometer
25-80
orang/hari/kilometer
|
9
|
Ski
|
100
orang/hektar
|
Sumber :WTO 1983 dalam Inskeep,1991;Atmaja 2007
b)
Daya Dukung
Lingkungan Sosial Budaya
Sosial dalam
kamus sosilogi adlah suatu yang berkenaan dengan prilaku interpersonal atau
berkaitan dengan proses sosial. Proses sosial merupakan proses yang dilakukan
oleh seseorang untuk berbuat atau bertingkah laku berdasakan aturan yang ada
dan diakui oleh masyarakat. Sosialisasi akan terjadi apabila terjadi kontak
sosial antar personal dalam masyarakat. Koentjarangningrat (1976:122)
menjelaskan bahwa masyarakatadalah kesatuan hidup manusia yang saling
berinteraksi sesuai dengan system adat istiadat tertentu yang sifatnya
berkesinambungan dan terikat oleh suatu rasa identitas bersama.
Menurut batasan di atas terdapar empat hal yang ada
dalam masyarakat, yaitu :
1)
Interaksi
antar warga,
2)
Adanya
adat istiadat, norma-norma, hokum-hukum serta aturan-aturan yang mengatur pola
tingkah laku warga,
3)
Komunikasi
dalam waktu,
4)
Rasa
identitas yang kuat yang mengikat sesama warga,
Menurut Keesing (1992), terdapat beberapa definisi budaya
yang dikemukakan oleh beberapa ahli yaitu :
1)
Tylor
(1871), budaya adalah sutu keseluruhan kompleks yamg meliputi pengetahuan,
kepercayaan, seni, kesusilaan, hokum, adat istiadat, serta kesanggupan dan
kebiasaan lainnya yang dipelajari oleh manusia sebagai anggota masyarakat.
2)
Linton
(1940), budaya adlah keseluruhan dari pengetahuan, sikap, dan pola prilaku yang
merupakan kebiasaan yang dimilki dan diwariskan oleh anggota suatu masyarakat
tertentu.
3)
Kluckhohn
dan Kelly (1945), budaya merupakan semua rancangan hidup yang tercipta secara
historis, baik yang eksplisif maupun inflisif, rasional, irasional dan
nontasional, yang ada pada suatu waktu sebagai pedoman yang potensial untuk
prilaku manusia.
4)
Kroeber
(19834), budaya adalah keseluruhan realisasi gerak, kebiasaan, tata cara,
gagasan dan nilai-nilai yang dipelajari dan diwariskan dan prilaku yang
ditimbulkannya.
5)
Herskoviks
(1955), budaya adalah bagian dari lingkungan yang diciptakan oleh manusia.
6)
Kroeber
dan Kluckhon (1952), budaya adalah pola, eksplisif dan implisif, tentang dan
untuk prilaku yang dipelajari dan diwariskan melalui simbol-simbol yang
merupakan prestasi khas manusia, termasuk perwujudan dalam benda-benda budaya.
Kebudayaan menurut
Koentjaningrat (1976:72) adalah seluruh sistem gagasan dan rasa, tinadakan
serta karya yang dihasilkan manusia dalam kehidupan bermasyarakat yang
dijadikan miliknya dengan belajar. Selanjutnya dijelaskan, kebudayaan itu
mempunyai tiga wujud yakni :
1)
Wujudnya
kebudayaan sebagai suatu kompleks ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma,
peraturan
2)
Wujud
kebudayaan sebagai kompleks aktivitas kelakuan berpola dari manusia dalam
masyarakat
3)
Wujud
kebudayaan sebagai kompleks benda-benda hasil karya manusia (Koentjrangningrat
1976:5)
Berdasarkan batasan
tesebut, wujud kebudayaan yang pertama adalah bersifat abstrak, tidak dapa
diraba dan difoto. Wujud kebudayaan yang kedua disebut sistem sosial, mengenai
kelakuan berpola dari manusia itu sendiri. Sistem sosial ini terdiri atas aktivitas-aktivitas
manusia yang berinteraksi, berhubungan serta bergaul satu dengan yang lainnya.
Wujud dari kebudayaan disebut kebudayaan fisik. Sifatnya dapat dilihat dan
difoto. Karena berupa benda-benda hasil karya manusia.
Dalam kehidupan sosial
(masyarakat) setiap individu saling berinteraksi dan terkait oleh norma atau
aturan yang berlaku dalam masyarakat. Setiap individu harus taat dan patuh
terhadap norma tersebut yang telah ditetapkan bersama. Norma atua aturan yang
berlaku dalam masyarakat sering disebut nilai budaya yang berfungsi untuk
mengontrol perilaku masyarakat, dengan demikian masyarakat dan kebudayaan
terdapat hubungan yang tak dapat dipisahkan.
Objel daya tarik wisata
budaya berkisar pada beberapa hal, seperti; kesenian (seni rupa dan segala
bentuk seni), tata busana, boga, upacara adat, demonstrasi kekebalan dan
komunikasi dengan membuat alat-alat.
Mengenai pengaruh
pariwisata terhadap kebudayaan pada masyarakat tuan rumah daapat dibedakan dua
masalah yaitu:
1)
Pengaruh
dalam kehidupan ekonomi apabila kegiatan pariwisata iti dapat meningkatkan
kesempatan kerja dan tingkat kemakmuran.
2)
Pengaruh
kehidupan wisatawan mancanegara dengan kebiasaan dan busananya yang sebenarnya
asing bagi masyarakat tuan rumah.
Kehadiran wisatawa dengan
segala adat kebiasaannya tidak jarang juga menimbulkan efek meniru pada
penduduk di tempat. Apa yang ditiru itu dapat baik dapat buruk dan dalam jangka
waktu tertentu dapat menggeser nilai-nilai budaya setempat.
H. HIPOTESIS
Semakin meningkat
sumber daya manusia maka perkembangan obyek wisata Air Terjun Aling-Aling di kawasan Sambangan
semakin baik.
I.
METODE PENELITIAN
1.
Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini terletak di Objek wisata Air Terjun
Aling-Aling Di Kawasan Sambangan, Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng. Dipilihnya
lokasi Objek wisata Air Terjun aling-Aling yang ada di kawasan Sambangan karena
objek tersebut memiliki potensi alam yang memiliki nilai jual namun belum di
kembangkan secara optimal karena masih rendahnya sumber daya manusia dari
masyarakat setempat.
3.
Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan
penelitian Deskriptif, yaitu penelitian
yang mengarah pada pengungkapan fakta-fakta yang ada. Hasil penelitian
difokuskan untuk memberikan gambaran keadaan sebenarnya dari objek yang
diteliti yaitu Air Terjun Aling-Aling di Kawasan Sambangan, kecamatan Sukasada Kabupaten Buleleng.
Tahapan-tahapan dari awal sampai
akhir dalam proses penelitian.
·
Tahap
Persiapan
Dalam
tahapan ini akan dilakukan :
-
Studi
Literatur
-
Melakukan
pengamatan secara langsung pada daerah penelitian untuk menemukan
masalah-masalah yang perlu dikaji dalam penelitian
-
Mengidentifikasi
masalah mengenai daerah yang akan dikaji
-
Memperthitungkan
sampel penelitian
-
Menyiapkan
alat-alat dan bahan
·
Tahap
Pelaksanaan
Dalam tahapan ini dilakukan pencarian data tentang :
- Fisiografis daerah penelitian
- Keadaan
penduduk daerah penelitian
- Masalah-masalah
pengelolaan objek wisata Air Terjun Aling-Aling di kawasan Sambangan
·
Tahap
akhir
Dalam
tahapan ini akan dilakukan :
-
Mengelompokkan
data yang diperoleh tersebut agar memudahkan dalam pengolahannya
-
Menganalisis
data yang diperoleh dengan menggunakan metode analisis data yang sesuai dengan
objek yang diteliti, dan
-
Menyusun
laporan penelitian.
4.
Objek dan Subyek
Objek dalam penelitian ini adalah
Obyek Wisata Air Terjun Aling-Alimg yang ada di Kawasan Sambangan. Sedangkan
yang menjadi subyek dalam penelitian ini adalah masyarakat di desa Sambangan, kecamatan
Sukasada yang memilki peranan penting dalam pengelolaan Objek wisata tersebut
untuk perkembangan dari objek wisata Air Terjun Aling-aling yang ada di kawasan
Sambangan.
5. Definisi
Oprasional dan Variabel
Definisi oprasional dan variable
adalah definisi yang dilakukan atas sifat-sifat hal yang diamati atau
diobservasi. Berikut variable yang disusun berdasarkan atas kegiatan-kegiatan
yang dilakukan agar hal yang didefinisikan itu sesuai dengan penelitian.
a) Proses pengelolaan objek wisata Air Terjun Aling-Aling di kawasan Sambangan
yang dilihat dari :
·
Pengelolaan,
yaitu cara pengelolaan lingkungan fisik dan sosial dari objek wisata Air Terjun Aling-Aling di kawasan Sambangan
b)
Kendala-kendala
·
Kendala-kendala
yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kendala yang dihadapi oleh masyarakat
karena rendahnya sumber daya manusia yang tidak mampu mengelola objek wisata Air
Terjun Aling-Aling di kawasan Sambangan secara optimal.
5. Populasi dan Sampel
a)
Populasi
NO
|
LINGKUNGAN
|
JUMLAH KK
|
1
|
Banjar Dinas Babakan
|
150
|
2
|
Banjar Dinas Sambangan
|
200
|
3
|
Banjar Dinas Banjaranyar
|
175
|
JUMLAH
|
525
|
Sumber : Desa
Sambangan 2010
b) Sampel
Penelitian
dilakukan dengan mengambil sejumlah sampel sebagai wakil dari seluruh populasi
yang ada. Berdasarkan populasi tersebut, pengambilan sampel akan menggunakan “ Propotional Random Sampling”. Jumlah
sampel dimasing-masing sub populasi akan diambil secara proposional dengan
mengacu pada ketentuan dari Arikunto (1992:104), yang menyatakan jika jumlah
subjeknya lebih dari 100 dapat diambil antara 10%-15% atau 10%-25% atau lebih.
Mengingat jumlah populasi lebih dari 100 orang, maka peneliti mengambil sampel
sebanyak 10% dari jumlah keseluruhan kepala keluarga yang ada di Desa
sambangan, sehingga jumlah sampel keseluruhan menjadi 52 KK, yang dapat dirinci
sebagai berikut.
NO
|
LINGKUNGAN
|
JUMLAH KK
|
SAMPEL
|
1
|
Banjar
Dinas Babakan
|
150
|
15
|
2
|
Banjar
Dinas Sambangan
|
200
|
20
|
3
|
Banjar
Dinas Banjaranyar
|
175
|
17
|
Jumlah
|
525
|
52
|
Sumber
: Desa Sambangan 2010
6.
Metode
Pengumpulan Data
Data
yang dikumpulkan dalam penelitian ini dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu
data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh
langsung di lapangan atau diperoleh dari orang pertama. Sedangkan data sekunder
merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung oleh responden, meliputi
dokumen pada instansi-instansi terkait. Dalam hal ini meliputi keadaan
demografis daerah penelitian (jumlah penduduk dalam anggota keluarga), peta
administrasi daerah penelitian, keadaan fisiografis daerah penelitian (letak,
luas, topografi, iklim). Terkait dengan perolehan kedua data diatas maka dalam
penelitian ini digunakan metode sebagai berikut:
a)
Pencatatan
Dokumen
Pencatatan dokumen adalah alat
pengumpulan data dari dokumen-dokumen yang sudah ada sebelumnya yang kemudian
dianalisis. ( Jonathan Sarwono, 2006:225) kajian atau pecatatan dokumen
merupakan sarana pembantu peneliti dalam mengumpulkan data atau informasi
dengan cara membaca surat-surat, pengumuman, ikhtisar rapat, peryataan tertulis
kebijakan tertentu dan bahan-bahan tulisan lainnya. Studi dokumen ini digunakan
untuk melengkapi data primer sesuai dengan data yang diperlukan dalam
penelitian ini dengan kata lain untuk mengumpulkan data sekunder.
b)
Kuisioner
Kuisioner ialah
usaha mengumpulkan informasi dengan menyampaikan sejumlah pertanyaan tertulis
oleh responden (Tika Pabundu, 2000:54). Kuisioner ini digunakan untuk
mendapatkan data yang menjadi daya tarik wisatawan obyek wisata Air Terjun
Gitgit, serta dampaknya terhadap kehidupan sosial secara langsung dari responden melalui
penyebaran daftar pertanyaan secara tertulis dan sistematis. Dalam penelitian
ini kuisioner digunakan untuk mengumpulkan data primer.
7.
Metode Analis Data
Dilihat
dari permasalahan yang ada seperti rumusan masalah yang telah di kemukakan di
depan, maka analisis data yang digunakan untuk rumusan masalah tersebut adalah
sebagai berikut.
1)
Untuk
rumusan masalah yang pertama yang berbunyi apakah Obyek Wisata Air Terjun
Aling-Aling di Kawasan Sambangan sudah memenuhi syarat-syarat sebagai daerah
tujuan wisata, di analisis dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif,
yaitu menguraikan data secara sistematis yang selanjutnya ditarik kesimpulan
berdasarkan teori yang ada.
2)
Untuk
permasalahan yang kedua yaitu bagaimanakah peranan daya dukung lingkungan dalam
pengelolaan objek wisata Air Terjun Aling-Aling yang ada di Kawasan Sambangan
dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif
kualitatif dengan menguraikan data secara sistematis yang selanjutnya
ditarik kesimpulan berdasarkan teori yang ada.
J. DAFTAR PUSTAKA
Bintarto,R
1997. Geografi Sosial. Yogyakarta:U.P.Spring
Hadinoto, K. 1996. Perncanaan
Pengembangan Destinasi pariwisata. Jalarta:
Universitas Indonesia
Sujali, 1989. Geogari Pariwisata dan
kepariwisataan. Yogyakarta: Fakultas Geogarfi UGM
Spillance,J.1987.Pariwisata
Indonesia,Yogyakarta.Kanisw
Komentar
Posting Komentar