proposal objek wisata air terjun


PROPOSAL PENELITIAN
A.  JUDUL
DAYA DUKUNG LINGKUNGAN TERHADAP PERKEMBANGAN  OBYEK PARIWISATA AIR TERJUN ALING-ALING DI KAWASAN DESA SAMBANGAN KECAMATAN SUKASADA KABUPATEN BULELENG

B.  IDENTITAS PENELITI
Nama               : Putu Lisa Kumala Dewi
Nim                 : 0814031021
Jurusan            : Pendidikan Geografi
Fakultas           : Ilmu Sosial

C.  LATAR BELAKANG
            Dekade ini, perkembangan pariwisata makin kian berkembang pesat, perkembangan dunia pariwisata telah mengalami berbagai perubahan baik perubahan pola, bentuk dan sifat kegiatan, dorongan orang untuk melakukan perjalanan, cara berpikir, maupun sifat perkembangan itu sendiri. Di negara maju pariwisata sudah bukan hal yang baru lagi bahkan orang melakukan suatu perjalanan merupakan kebutuhan hidup suatu manusia. Namun demikian di negara-negara sedang berkembang atau yang sering disebut Negara Dunia Ketiga Pariwisata baru dalam taraf
perkembangan. Pengembangan pariwisata di dunia ketiga lebih berorientasi ke pariwisata alternatif dan pariwisata ekonomi, kita sudah merasakan bahwa dari tahun ke tahun jumlah wisatawan internasional terutama yang mengunjungi Indonesia terus meningkat sehingga kita di hadapkan pada persoalan untuk menata produk-produk wisata sehingga dapat meningkatkan dari minat wisatawan untuk berkunjung (Spillance,1987).
            Pariwisata merupakan industri yang kelangsungan hidupnya sangat peka terhadap kerusakan lingkungan oleh baik-buruknya lingkungan. Industri ini sangat peka terhadap kerusakan lingkungan, misalnya pencemaran oleh limbah domestik dan kerusakan pemandangan alam, serta sikap penduduk yang tidak ramah. Suatu daerah wisata mempunyai kemampuan tertentu untuk menerima wisatawan, yaitu disebut daya dukung lingkungan. Daya dukung lingkunan di bidang pariwisata dapat dinyatakan dalam jumlah wisatawan per satuan luas per satuan waktu. Tetapi baik luas maupun waktu umumnya tidak dapat dirata-ratakan, karena penyebarannya wisatawan dalam ruang dan waktu tidak merata (Darsoprajitno,12:2002).
            Tujuan wisatawan di dunia yang ada di Indonesia salah satunya adalah Bali. Bali merupakan daerah tujuan wisata yang memiliki keanekaragaman budaya dan keindahan alam. Keanekaragaman hayati ini diperkaya dengan adanya berbagai macam objek-objek wisata di masing-masing kabupaten. Salah satunya Kabupaten Buleleng yang menyajikan keindahan alam dan seni budayanya. Seni budaya dikembangkan dengan mengadakan kegiatan-kegiatan seni seperti pegelaran ogoh-ogoh, pesta kesenian Buleleng, serta pegelaran seni kecamatan setiap bulan. Kegiatan-kegiatan ini mengundang para wisatawan untuk berkunjung menyaksikan pementasan seni masyarakat Buleleng. Keindahan seni budaya juga perlu didukung oleh keindahan alamnya. Hal ini perlu agar para wisatawan dapat menikmati keindahan seni budaya dan keindahan alam dalam satu tempat. Buleleng memiliki berbagai objek wisata yang dapat dinikmati oleh wisatawan, seperti Air Tejun Gitgit, pantai Lovina, Air Terjun Singsing, Danau Buyan, Danau Tamblingan, Air Terjun Aling-Aling Sambangan, Air Panas Banjar.
Keindahan alam saja tidak dapat memberikan kontribusi terhadap perkembangan ekonomi masyarakat jika tidak dikelola secara maksimal. Objek-objek wisata di Kabupaten Buleleng khususnya, belum secara maksimal dikembangkan dengan berbagai atraksi objek pariwisata. Jasa pelayanan objek wisata juga belum optimal, yang ditandai dengan kekurangan sarana prasaran dalam menciptakan pariwisata yang kondusif. Wisatawan hanya dapat menikmati keindahan alam, tanpa ada layanan pariwisata alam lainnya. Hal ini menyebabkan ketidak merataan penyebaran kunjungan para wisatawan. Salah satu objek wisata yang dapat dikembangkan di Kabupaten Buleleng adalah objek wisata  Air Terjun Aling-Aling yang ada di kawasan Desa Sambangan, kecamatan Sukasada.
Desa Wisata Sambangan merupakan sebutan bagi Desa Sambangan, Kecamatan Sukasada Kabupaten Buleleng . Desa Wisata Sambangan memiliki keunikan dan keindahan alamnya yang benar-benar masih alami dan asri. Desa tersebut merupakan salah satu Desa yang ada di Bali yang memiliki kekayaan alam yang beragam, lengkap sekaligus indah, seperti teras sawah yang indah, air terjun, goa sejuk, delta di tengah sungai, satwa jinak dan hutan hijau yang menyatu dalam satu wilayah. Dari pinggir jalan terdapat sawah dan perkebunan yang diselingi deretan pohon-pohon kelapa. Pemandangan di sela-sela perbukitan terdapat hamparan sawah yang memiliki pemandangan yang indah karena pemandangan yang masih alami dan asri (http/www.Desa Wista Sambangan). Di desa Sambangan kini sedang fokus dalam pengembangan objek wisata Air Terjun Aling-Aling, dengan daya dukung fisik dan sosialnya. Maka dari itu penelitian ini akan dilakukan di objek wisata Air Terjun Aling-Aling di kawasan Desa Sambangan Buleleng.
Air Terjun Aling-Aling di kawasan Sambangan melengkapi objek wisata yang lain yang ada di kawasan Sambangan. Dari nama Air Terjun tersebut yang bernama Aling-Aling berarti tersembunyi, karena lokasi untuk menuju objek dari areal parkir menempuh perjalanan 200m dengan melewati hamparan sawah, hutan yang memiliki keindahan alam yang sangat asri melalui jalan setapak.  Objek wisata ini memiliki potensi alam yang sangat besar untuk dijadikan sebagai objek wisata karena pemandangan Air Terjun Aling-Aling yang indah dan masih benar-benar natural, namun objek tersebut baru hanya dikembangakan oleh masyarakat setempat yang belum secara optimal oleh karena itu sangat perlu adanya pengelolaan lingkungan yang terencana dan sentuhan dari pemerintah untuk keberlanjutan pariwisata kedepannya. Dalam pengelolaan dan perkembangan untuk objek wisata Air TerjunAling-Aling di kawasan Desa sambangan tersebut yang memegang peranan penting adalah sumber daya manusia dari masyarakat setempat, karena keahlian dan ketrampilan di bidang pariwisata sangat dibutuhkan dalam pengelolaan pariwisata demi keberlanjutan dari objek wisata tersebut. Selain itu peranan lingkungan fisik juga ikut mendukung dalam perkembangannnya.
Kawasan Sambangan selain memiliki objek wisata Air Terjun Aling-Aling juga memilki objek wisata yang lain seperti Air Terjun Dedari, Cemara, Lanting, Tibuan Gadang, Tibuan Lesung, Tibuan Sarang, Tibuan Linggah, Tibuan Canging dan Terasering persawah di lereng-lereng bukit yang memilki keindahan yang sangat menarik. Untuk sementara, objek yang sudah dikembangkan dan kerap dikunjungi wisatawan baru sedikit. Di sepanjang perjalanan menuju lokasi air terjun Aling-Aling ditemui satwa liar yang jinak seperti kera dan kijang, yang menambah kesan bahwa alam di sana memang masih alami. Suguhan keindahan alam ini memiliki nilai jual yang belum dimanfaatkan secara optimal, sehingga perlu adanya pengelolaan dan pengembangan terhadap wisata tersebut, misalnya dengan penataan lingkungannya, aksesbilitas menuju lokasi, penyediaan fasiltas akomodasi (arel parkir yang luas, pos tempat peristirahatan), mempertahankan atraksi yang dimiliki (maceburan dan buggy jumping), warung yang menjual cindramata yang bisa mencirikan dari daerah setempat, penyediaan tempat untuk menikmati atraksi, dan diperlukan juga promosi yang dilakukan secara kontinyu. Untuk melakukan semua  pengelolaan lingkungan fisik dan sosial diperlukan ketrampilan dan keahlian di bidang pariwisata. Maka dari itu sumber daya manusia dari masyarakat setempat sangat perlu ditingkatakandi bidang pariwisata khusunya. Dalam pengelolaan lingkungan di objek wisata Air Terjun Aling-Aling yang menjadi kendala adalah sumber daya manusia yang dikatakan masih rendah.
Berbagai usaha sangat penting dilakukan dan ditingkatkan oleh pemerintah maupun swasta untuk terus memajukan dan mengembangkan obyek wisata Air Terjun Aling-Aling Sambangan dalam dunia pariwisata dengan tetap mempertahankan keasrian dari alamnya yang dapat menarik wisatawan.

D.  RUMUSAN MASALAH
     Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas yang dikaji dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagi berikut
1.      Apakah Obyek Wisata Air Terjun Aling-aling  yang ada di kawasan Sambangan sudah memenuhi syarat-syarat sebagai daerah tujuan wisata ?
2.      Bagaimanakah peranan daya dukung lingkungan dalam pengelolaan Obyek Wisata Air Terjun Aling-Aling di kawasan Sambangan ?

E.  TUJUAN PENELITIAN
     Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka tujuan dalam penelitian adalah sebagai berikut.
1.      Untuk mengetahui apakah obyek wisata Air Terjun Aling-Aling yang ada di kawasan sambangan sudah memenuhi syarat-syarat sebagai daerah tujuan wisata.
2.      Untuk mengetahui peranan daya dukung lingkungan dalam pengelolaan Obyek Wisata Air Terjun Aling-Aling di Kawasan Sambangan.

F.   MANFAAT PENELITIAN
Adapun manfaat dari penelitian tersebut adalah sebagai berikut.
§  Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk menambah wawasan penulis dengan mengaflikasikan teori-teori yang didapat dibangku kuliah dalam bentuk karya ilmiah.
§  Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan sebagai informasi tentang keberadaan obyek wisata Air Terjun Aling-Aling di kawasan Sambangan.
a.       Bagi mahasiswa, penelitian ini merupakan kesempatan yang baik untuk mengaplikasikan teori-teori yang diperoleh dibangku kuliah dengan kenyataan di lapangan.
b.      Bagi pemerintah penelitian ini hendaknya dijadikan masukan khusus bagi instansi terkait dengan penelitian ini.
c.       Bagi lembaga, hasil penelitian ini dapat menambahkan perbendaharaan penelitian sesuai dengan Tri Dharma Perguruan Tinggi.

G. TINJAUAN PUSTAKA
A.    Konsep Pariwisata
Didalam membina atau meningkatkan kesadaran masyarakat dibidang kepariwisataan dibutuhkan penyebarluasan berbagai pengertian yang berhubungan dengan segala macam atau bentuk peristilahan yang sering digunakan dalam dunia kepariwisataan. Hal tersebut sangat penting sebagai sarana untuk menambah wawasan. Hal-hal yang berhubungan dengan pariwisata tadi antara lain adalah mengenai apa itu pariwisata dan apa saja yag dibutuhkan para wisatawan. Hal ini penting mengingat bagaimana juga dengan semakin berkembangnya pariwisata Nasional maka masyarakat akan bersinggungan dengan dunia pariwisata dan sekaligus mendapat pelajaran tentang manfaatnya, baik langsung maupun tidak langsung.
            Pada hakekatnya berpariwisata adalah suatu proses kepergian sementara dari seseorang atau lebih menuju tempat lain di luar tempat tinggalnya. Dorongan kepergiannya adalah karena berbagai kepentingan, baik karena kepentingan ekonomi, sosial, kebudayaan, politik, agama, kesehatan maupun kepentingan lain, seperti karena sekedar ingin tahu, menambah pengalaman ataupun belajar. Gamal Suwantoro (1997) Wisatawan merupakan seseorang atau kelompok orang yang melakukan suatu perjalanan wisata disebut dengan wisatawan (tourit), jika lama tinggalnya sekurang-kurangnya 24 jam di daerah atau negara yang dikunjungi. Apabila mereka tinggal di daerah atau negara dikunjungi dengan kurang waktu dalam 24 jam maka mereka disebut dengan pelancong (excursionist). Pengunjung (visitor), yaitu setiap orang yang datang ke suatu negara atau tempat tinggal lain dan biasanya dengan maksud apapun kecuali untuk melakukan pekerjaan yang menerima upah. Pariwisata memiliki definisi yang bermacam-macam, yang dikemukakan oleh beberapa ahli sesuai dengan tinjauan mereka masing-masing.  Gamal Suwantoro (1997) menyatakan,
Pariwisata berhubungan erat denagn pengertian perjalanan wisata, yaitu sebagai suatu perubahan tempat tinggal sementara seseorang di luar tempat tinggalnya karena suatu alasan dan bukan untuk melakukan kegiatan yang menghasilkan upah. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau lebih dengan tujuan antara lain untuk mendapatkan kenikmatan dan memenuhi hasrat ingin mengetahui sesuatu. Dapat juga karena kepentingan yang berhubungan dengan kegiatan olah raga untuk kesehatan, konvensi, keagamaan dan keperluan usaha yang lainnya.

Spillance (1987:21) menyatakan,
Pariwisata adalah perjalanan dari satu tempat ke tempat lain, bersifat sementara, dilakukan per orangan atau kelompok, sebagai usaha untuk mencari keseimbangan dan kebahagiaan dengan lingkungan hidup dalam dimensi sosial, budaya, alam, dan lingkungan.
B.     Tinjaun Geografi Pariwisata tentang obyek Wisata
1.      Pengertian Obyek wisata
           Pariwisata terlahir terlahir dari bahasa Sanskerta yang komponen-komponen terdiri dari (a) pari yang artinya penuh, lengkap, berkeliling, (b) wis (man) yang artinya rumah, property, kampong, komunitas, (c) ata yang artinya pergi terus-menerus, mengembara (roaming about) yang bila dirangkai menjadi satu kata melahirkan pariwisata, berarti: pergi secara lengkap meninggalkan rumah (kampung) berkeliling terus menerus. Dalam oprasionalnya istilah pariwisata sebagai pengganti istilah asing “tourism” atau “travel” diberi makna oleh Pemerintah Indonesia. ’mereka yang meninggalkan rumah untuk mengadakan perjalanan tanpa mencari nafkah di tempat-tempat yang dikunjungi sambil menikmati kunjungan mereka’ (Pendit ,2002:30).
            Tempat yang dikunjungi oleh wisatawan tersebut merupakan tempat-tempat yang memiliki daya tarik tinggi, sehingga wisatawan tertarik untuk mengunjunginya. Tempat-tempat tersebutlah yang dikenal  dengan istilah obyek wisata. Menurut Hunziger dan karft (dalam Pendit,2002:21) mengemukakan bahwa objek wisata adalah suatu tempat atau lokasi yang memiliki potensi untuk menarik minat seseorang untuk mengunjunginya. Hal senada juga diungkapkan oleh Spillance (dalam Oka A Yoeti, 1999 ) mengemukakan bahwa objek wisata merupakan suatu areal atau wilayah yang terdapat di muka bumi yang memiliki ciri khas berupa keindahan alamnya.
            Tentunya sesuatu atau suatu wilayah dapat dijadikan sebagai obyek wisata tidak hanya tergantung pada keindahan fenomenanya , melainkan juga karena kekhasan yang dimiliki oleh obyek tersebut. Obyek wisata adalah suatu tempat atau benda yang memilki cirri khas tersendiri dan memiliki daya tarik tersendiri, sehingga mengundang perhatian banyak orang untuk menyaksikannya” (Richard 1996:27).  Begitu pula halnya seperti yang yang diungkapakan oleh Norwal  (dalam Munadi,1953:39) bahwa objek wisata adalah “ suatu tempat yang memiliki daya tarik baik itu karena keindahanya atau pun nilai historis yang terkandung di dalamnya”.
            Jadi berdasarkan uraikan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa obyek wisata adalah suatu suatu lokasi atau obyek yang memilki daya tarik minat wisatawan untuk berkujung ke tempat tersebut. Daya tarik tersebut dapat berupa keindahan ataupun riligius yang terdapat di dalam suatu objek tersebut.
2.      Jenis Obyek wisata
            Perbedaan jenis obyek wisata akan memberikan kenikmatan dan kepuasan tersendiri terhadap pengunjungnya. Berdasarkan perbedaan tersebut, menurut Pendit (1999:38) dalam bukunya yang berjudul “Ilmu Pariwisata Sebuah Pengantar Perdana” mengemukakan beberpa jenis pariwisata yang dikenal dewasa ini adalah sebagi berikut .
a)      Wisata Budaya
Wisata budaya merupakan perjalanan yang dilakukan atas dasar keinginan untuk memperluas pandangan hidup dengan jalan mengadakan kunjungan atau peninjauan ke tempat lain, mempelajari keadaan rakyat, kebiasaan dan adat istiadat mereka, cara hidup, budaya dan seni mereka.
b)      Wisata Kesehatan
Wisata kesehatan merupakan perjalanan seorang wisatawan dengan tujan tersebut untuk menukar keadaan dan lingkungan tempat sehari-hari dimana ia tinggal  demi kepentingan beristirahat baginya dalam arti jasmani dan rohani dengan mengunjungi tempat peristirahatan.
c)      Wisata Olahraga
Wisata olah raga adalah wisatawan-wisatawan yang melakukan perjalanan dengan tujuan berolahraga atau memang sengaja bermaksud mengambil bagian aktif dalam pesta olahraga di suatu tempat atau negara seperti Asian games, Olympiade, Thomas Cup, Uber Cup, Tour de France, F-1 (Formula One). Macam cabang oalh raga yang termasuk dalam jenis wisata olah raga yang bukan tergolong dalam pesta olahraga atau games, misalnya berburu, memancing, berenang, dan berbagai cabang olah raga dalam air atau di atas pegunungan
d)     Wisata komersial
Wisata komersial merupakan perjalanan wisata untuk mengunjungi pameran-pameran dan pecan raya yang bersifat komersial, seperti pameran industry, pameran dangang dan sebagainya.
e)      Wisata Industri
Wisata industry merupakan perjalanan yang dilakukan oleh rombongan pelajar atau mahasiswa, atau orang-orang awam ke suatu komplek atau daerah perindustrian di mana terdapat pabrik-pabrik atau bengkel-bengkel besar dengan maksud dan tujuan untuk mengadakan peninjauan atau penelitian.
f)       Wisata politik
Wisata politik  merupakan perjalanan yang dilakukan untuk mengunjungi atau mengambil bagian secara aktif dalam peristiwa kegiatan politik, seperti perayaan hari kemerdekaan republic Indonesia (17 Agustus 1945) di Jakarta.
g)      Wisata Konvensi
Wisata ini dilakukan denagn cara menyediakan fasilitas bangunan dengan ruangan tempat bersidang bagi para peserta suatu konvensi, musyawarah, pertemuan/konvensi lainnya baik yang bersifat nasiaonal maupun internasional.
h)      Wisata sosial
Wisata sosila merupakan pengorganisasian suatu perjalanan murah sreta mudah untuk memberikan kesempatan kepada golongan masyarakat ekonomi lemah untuk mengadakan perjalanan.
i)        Wisata Pertanian
Wisata pertanian merupakan pengorganisasian perjalanan yang dilakukan ke proyek-proyek pertanian, perkebunanaa, lading pembibitan dan sebagainya dimana wisatawan rombongan dapat mengadakan kunjungan dan peninjauan.
j)        Wisata Bahari
Wisata bahari merupakan jenis wisata yang banyak dikaitkan dengan olah raga air, berkeliling melihat taman laut dengan pemandangan indah di bawah permukaan air, menikmati keindahan pantai dan keadaan di sekitar pantai seperti pegunungan, bukit yang ada di sekitarnya yang banyak dilakukan di negara-negara marirtim seprti Indonesia.
k)      Wisata Cagar Alam
Wisata cagar alam merupakan eisata yang banyak dilakukan oleh para pencinta alam dalam kaitannya denagn kegemarannya memotret binatang atau marga satwa serta pepohonan dan kembang beraneka warna yang mendapat perlindungan dari pemerintah dan masyarakat.
l)        Wisat Buru
Wisata buru merupakan jenis pariwisata yang dilakukan di negara-negara yang memang memilki daerah atau hutan tempat berburu yang dibenarkan oleh pemerintah. Wiata ini diatur dalam bentuk safari buru yang ditetapkan oleh pemerintah yang bersangkutan sperti di negara Afrika berburu gajah dan singa.
m)    Wisata Pilgrim
Wisata pilgrim merupakan jenis wisata yang banyak denagn agama, sejarah, adat istiadat dan kepercayaan umat atau kelompok dalam masyarakat. Wisata ini banyak dilakukan ke tempat-tempat suci seperti makm pemimpin yang di agungkan dan sebagainya.
n)      Wisata Bulan madu
Wisata bulan madu merupakan suatu penyelenggaraan perjalanan bagi pasangan-pasangan merpati atau pengantin abru yang sedang berbulan madu disuguhkan fasilitas0fasilitas yang khusus dan tersendiri demi kenikmatan perjalanan dan kunjungan mereka seperti kamar hotel yang dihiasi dengan bunga dan lampu warna-warni.
            Sedangkan pariwisata menurut spillance (1987:34), membedakan pariwisata berdasarkan tujuan wisatawan berkun jung ke suatu rangkaian pariwisata di suatu tempat anatar lain:
a.       Pariwisata untuk menikmati perjalanan
b.      Pariwisata untuk rekreasi
c.       Pariwisata untuk menikmati kebudayaan
d.      Pariwisata untuk menikmati kebudayaan
e.       Pariwisata untuk menikmati olah raga
f.       Pariwisata untuk urusan usaha
g.      Pariwisata untuk upacara keagamaan maupun untuk penyelenggaraan adat istiadat.
C.    Syarat-Syarat Berdirinya Daerah Tujuan Wisata
 Atraksi wisata yang baik harus dapat mendatangkan wisatawan sebanyak-banyaknya, menahan di tempat atraksi dalam waktu yang cukup lama dan member kepuasan kepada wisatawan yang dating berkunjung. Untuk mencapai hasil itu, harus memenuhi beberapa syarat (Hadinoto, K 1996:45), diantaranya :
1.      Kegiatan (act) dan obyek (artifact) yang merupakan atraksi itu sendiri dalam keadaan yang baik.
2.      Karena atraksi wisat itu harus disajikan di hadapan wisatawan, maka pemyajiannya (presentasinya) harus tepat (pemandu wisata)
3.      Atraksi wisata adalah terminal dari suatu mobilitas spasial, suatu perjalanan. Oleh karena itu juga harus memenuhi semua determinan mobilitas spasial, yaitu akomodasi, transportasi, dan fasilitas makan dan minum.
4.      Keadaan di tempat atraksi harus dapat menahan wisatawan cuku lama (wisatawan berkaesan dengan keindahan alam, obyek-obyek bersejarah dan sebagainya)
5.      Kesan yang diperoleh wisatawan waktu menyaksikan atarksi wisata harus diusahakan supaya bertahan selam mungkin (penata lingkungan, pelayan restaurant) 
Apabila suatu syarat saja tidak dapat terpenuhi, maka akan menghambat pertumbuhan pariwisata di suatu obyek.

D.    Daya Dukung Lingkungan
                Daya dukung merupakan suatu ukuran jumlah individu dari suatu spesies yang dapat didukung oleh lingkungan tertentu (Manik 2003:121). Daya dukung lingkungan di suatu daerah sangat terikat pada kemampuannya untuk pulih kembali secara alami. Ada yang kemampuannya untuk pulih kembali secara alami berlangsung dengan cepat, lambat atau bahkan tidak mampu pulih kembali seperti semula. Kemampuan alami untuk untuk dapat pulih kembali seperti semula di sebut daya lenting. Daya lenting suatu daerah umunya amat tergantung pada tata letak geologinya khusunya jenis lithologi (batuan) yang membentuk topografi (gambaran permukaan) medannya (Darsoprajitno, 2002:7)
            Lingkungan pariwisatayang berbasisikan alam, budaya dan warisan secara alami mempunyai keterbatasan dalam mempertahankan kondisinya terhadap fenomena kehidupan yang terus berubah dan berkembang. Kemajuan teknologi, ilmu pengetahuan memicu perubahan prilaku manusia dalam upaya memenuhi kebutuhan dan keinginannya termasuk kebutuhan untuk bersenang-senang dengan melakukan perjalan yang dalam berbagai kasus menjadi penyebab menurunnya kepariwisataan baik fisik, sosial maupun budaya (Yoeti, 2006:239).
a)   Daya Dukung Lingkungan fisik
            Tumbuhnya budaya suatu masyarakat akibat mantapnya tata sosial dan kemampuannya dalam bidang ekonomi, mendorong kegiatan hidup manusia untuk lebih banyak memanfaatkan sumbar daya alam termasuk penataannya. Pemanfaatan ini tidak  mustahil dapat mengganggu atau merusak keseimbangan tata alam, kecuali jika manusia mampu memahami dan memanfaatkan sesuai dengan hokum alam, ekosistem dan daya dukung lingkungan.
            Suatu bentuk dari kegiatan pariwisata mempunyai peranan dalam menurunnya kondisi lingkungan dan cendrung merusak kegiatan pariwisata. Erosi sumber daya alam, perusakan terhadap lingkunganpariwisata yang telah dibangun dan kekacauan atau gangguan struktur sosial dari masyarakat setempat merupakan dampak dari indikator-indikator yang tidak dikehendaki (Ding dan Pilgram, 1995; Yoeti,2006).
            Berdasarkan atas fenomena tersebut, maka pariwisata dalam kajian geogarfi selalu dikaitkan dengan fenomena alam yang berupa perubahan bentuk permukaan yang dapat menghasilkan dan membentuk suatu kenampakan sebagai bahan potensi suatu objek wisata, misalnya perubahan bentuk permukaan bumi karena tenaga eksogen dan endogen seperti terbentuknya pegunungan,perbukitan, lembah, danau, sungai atau bentuk yang lain yang menarik untukdijadikan  sebagai suatu objek wisata. Ada beberapa faktor-faktor pendukung lingkungan fisik kepariwisataan yaitu :
1.    Iklim
Untuk kawasan wisata, demikian esensialnya unsure iklim dapat berpengaruh terhadap aktivitas dibidang kepariwisataan, dalam hal ini baik aktivitas pengunjung atau wisatawan maupun aktivitas penduduk setempat yang saling berkaitan. Unsur-unsur iklim yang sangat berpengaruh terhadap iklim adalah curah hujan dan suhu. Faktor-faktor utama yang mempengaruhi iklim adalah letak geografis, luas permukaan tanah, karakteristik udara, keadaan tumbuh-tumbuhan dan yang terakhir kegiatan manusia turut mempengaruhi faktor-faktor iklim dengan membangun kota-kota dan pabrik-pabrik (Lange 2000:33). Unsur iklim yang berpengaruh terhadap perkembangan pariwisata di Indonesia yaitu menurut tipe iklim koppen adalah tipe iklim A=iklim hujan tropis (tropical rain climate).

2.    Tata Air
Tata air merupakan unsur penting dalm kehidupan di muka bumi. Siklus hidrologi sangat mempengaruhi ketersediaan air termasuk tata air di suatu bantang lahan. Dalam beberapa hal variasinya lokasi permukiman penduduk , di mana secara umum pemanfaatan lahan bergantung pada ketersedaiaan air di suatu daerah, dapat bersumber dari air sungai, air tanah, air danau, dan air hujan. Dalam konteks pengembangan kawasan wisata, air merupakan kebutuhan vital untuk memenuhi kebutuhan komsumsi hotel, restoran, rumah tangga, mandi dan sebagainya. Demikian pentingya air untuk kehidupan industri pariwisata maka perlu usaha-usaha untuk melestarikan agar terjadi sumber-sumber air yang tercemar (Wesanawa, 2002:8). Aspek-aspek air yang mendukung yaitu:
a.       Air permukaan air yang ada dipermukaan bumi yang bersumber dari air hujan dan mata air.
b.      Air tanah (ground water) merupakan air yang terdapat dalam tanah yang menempati ruang0ruang anatar butir-butir tanah di dalam retak-retak dari batuan, yang merupakan salah satu sumber yang berda di wilayah jenuh permukaan.

3.    Topografi
Secara umum keadaan topografi wilayah Indonesia terdiri atas bagian datar, miring atau berbukit, pegunungan dengan puncak-puncak yang tinggi. Hal ini akan melahirkan jenis0jenis usaha pertanian penduduk bervariasi antara pertanian lahan kering pada bagian yang berbukit atau bergunung dan persawahan atau perkampungan yang pada bagian datar. Apabila diperhatikan pada daerah-daerah yang miring dengan adanya sawah-sawah yang berteras atau adanya sengkedan-sengkedan akan tampak merupakan perpaduan panorama yang indah sebagai salah satu pendukung daya tarik kepariwisataan (Wesnawa, 2002:8). Aspek-aspek topografi yang berpengaruh yaitu topografi landai seperti pantai dan pegunungan dengan puncak-puncak yang tinggi.


4.    Tanah
Merupakan akumulasi tubuh tanah yang bebas menduduki sebagian sifat-sifat sebagia akibat pengaruh iklim, jarak hidup, yang bertindak terhadap bahan induk dalam relief tertentu selama jangka waktu pula (Isa dalam Wesnawa,2002:9). Ada empat komponen dalam tanah yaitu materi mineral, bahan organik, tata air dan udara. Dengan mengetahui keadaan tanah akam memudahkan suatu perencanaan. Geologi merupakan faktor yang relative statis namun berpengaruh pada permasalahan ekologi, seperti pelaksanaan kegiatan eksploitasi, baik untuk penambangan mineral maupun industri. Kegiatan eksploitasi bahan mineral secara luas akan berdampak pada penurunan potensi hidrologi. Selain itu dalam sebuah perencanaan, faktor geologi menjadi pertimbangan penting, di mana kondisi geologi suatu daerah akan memberikan gambaran mengenai kesetabilan daerah tersebut dari gempa. Dengan kata lain, kondisi geologi akan memberikan gambaran bagi perencana dalam perencanaan pembangaunan. Apakah struktur batuan pada lokasi yang di tentukan mempunyai daya dukung yang kuat dan mempunyai tingkat kemantapan yang tinggi sebagai pondasi penyangga bangunan (Sujali,1989:83).
5.    Vegetasi
Berbagai jenis vegetasi dan tumbuhan yang terdapat disuatu objek pariwisata akan semakin menambah keindahan dan kesejukan bagi para wisatawan yang berkunjungg, terutama bagi objek-objek pegunungan atau perbukitan yang mengandalkan rimbunnya berbagai jenis tumbuhan, di samping untuk menambah alami daerah tersebut, juga sebagai daya tarik.

6.     Penggunaan Lahan
Jenis penggunaan lahan yang ada pada suatu wilayah tersebut. Secara tegas dapat dikatakan karena adanya kebutuhan dan kegiatan masyarakat yang bersifat dinamis antara lain kebutuhan dan kegiatan masyarakat yang bersifat dinamis antara lain kebutuhan untuk bermukim dan usaha. Pada penggunaan lahan pada wilayah yang mengalami perubahan terlebih jika suatu wilayah yang dikembangkan menjadi kawasan wisata, maka perubahan penggunaan lahan akan berlangsung relatif dinamis dan dratis. Hampir semua kawasan dikembangkan sebagai kawasan pariwisata sehingga penggunaan lahan di sana banyak terdapat hotel, restaurant dan vila-vila.
Klasifikasi pengembangan kawasan wisata sebgai daya dukung wilyah wisata berdasarkan jumlah orang per luas wilayah yang dapat di tamping setiap tahun (Fendelin,1999; atmaja 2006). Klasifikasi tersebut dapat disajikan pada Tabel 1.1

Tabel 1.1. Klasifikasi Pengembangan Kawasan Wisata

No
Pengembangan
Kawasan Wisata
Jumlah orang
(luas/tahun)
1
Intensif
Areal alam tidak rentan
2000
2
Ekstensif
Areal alam agak rentan
75
3
Dilindungi
Areal alam rentan
75
Area cagar alam, taman nasional, suaka
2
Area masyarakat primitif
2
4
Intensif
Area peninggalan sejarah
2000
Sumber : Fendelin,1999; Atmaja 2007

            Namun demikan penentuan klasifikasi-klasifikasi mengenai kapasitas akan berbeda dari suatu lokasi dengan lokasi lainnya tergantung situasinya. Standar daya dukung lahan untuk kegiatan pariwisata yang akan direkomendasikan oleh World Tourm Organisation (WTO)(1983 dalam Inskeep,1991; Atmaja 2008)) didasarkan pada jenis aktivitas rekreasi. Standar tersebut disajikan pada tabel 1.2
Sebagai berikut.

Tabel 1.2 Standar Daya Dukung Lahan

No
Aktivitas
Kapasitas
1
Taman hutan
0-15 pengunjung/hari/hektar
2
Wisata alam kawasan pedesaan
15-17 pengunjung/hari/hektar
3
Areal piknik dengan kepadatan tinggi
300-600 pengunjung/hari/hektar
4
Areal piknik dengan kepadatan tinggi
60-600 pengunjung/hari/hektar
5
Areal olah raga
100-200 pengunjung/hari/hektar
6
Lapangan golf
10-15 pengunjung/hari/hektar
7
Aktivitas di air:
1.      Memancing/berlayar
2.      Speed boat
3.      Ski air

5-30 pengunjung/hari/hektar
5-10 pengunjung/hari/hektar
5-15 pengunjung/hari/hektar
8
Trecking :
1.        Hiking
2.        Horse riding

40 orang/hari/kilometer
25-80 orang/hari/kilometer
9
Ski
100 orang/hektar
Sumber :WTO 1983 dalam  Inskeep,1991;Atmaja 2007

b)     Daya Dukung Lingkungan Sosial Budaya
           
            Sosial dalam kamus sosilogi adlah suatu yang berkenaan dengan prilaku interpersonal atau berkaitan dengan proses sosial. Proses sosial merupakan proses yang dilakukan oleh seseorang untuk berbuat atau bertingkah laku berdasakan aturan yang ada dan diakui oleh masyarakat. Sosialisasi akan terjadi apabila terjadi kontak sosial antar personal dalam masyarakat. Koentjarangningrat (1976:122) menjelaskan bahwa masyarakatadalah kesatuan hidup manusia yang saling berinteraksi sesuai dengan system adat istiadat tertentu yang sifatnya berkesinambungan dan terikat oleh suatu rasa identitas bersama.
Menurut batasan di atas terdapar empat hal yang ada dalam masyarakat, yaitu :
1)      Interaksi antar warga,
2)      Adanya adat istiadat, norma-norma, hokum-hukum serta aturan-aturan yang mengatur pola tingkah laku warga,
3)      Komunikasi dalam waktu,
4)      Rasa identitas yang kuat yang mengikat sesama warga,

            Menurut Keesing (1992), terdapat beberapa definisi budaya yang dikemukakan oleh beberapa ahli yaitu :
1)      Tylor (1871), budaya adalah sutu keseluruhan kompleks yamg meliputi pengetahuan, kepercayaan, seni, kesusilaan, hokum, adat istiadat, serta kesanggupan dan kebiasaan lainnya yang dipelajari oleh manusia sebagai anggota masyarakat.
2)      Linton (1940), budaya adlah keseluruhan dari pengetahuan, sikap, dan pola prilaku yang merupakan kebiasaan yang dimilki dan diwariskan oleh anggota suatu masyarakat tertentu.
3)      Kluckhohn dan Kelly (1945), budaya merupakan semua rancangan hidup yang tercipta secara historis, baik yang eksplisif maupun inflisif, rasional, irasional dan nontasional, yang ada pada suatu waktu sebagai pedoman yang potensial untuk prilaku manusia.
4)      Kroeber (19834), budaya adalah keseluruhan realisasi gerak, kebiasaan, tata cara, gagasan dan nilai-nilai yang dipelajari dan diwariskan dan prilaku yang ditimbulkannya.
5)      Herskoviks (1955), budaya adalah bagian dari lingkungan yang diciptakan oleh manusia.
6)      Kroeber dan Kluckhon (1952), budaya adalah pola, eksplisif dan implisif, tentang dan untuk prilaku yang dipelajari dan diwariskan melalui simbol-simbol yang merupakan prestasi khas manusia, termasuk perwujudan dalam benda-benda budaya.

Kebudayaan menurut Koentjaningrat (1976:72) adalah seluruh sistem gagasan dan rasa, tinadakan serta karya yang dihasilkan manusia dalam kehidupan bermasyarakat yang dijadikan miliknya dengan belajar. Selanjutnya dijelaskan, kebudayaan itu mempunyai tiga wujud yakni :
1)   Wujudnya kebudayaan sebagai suatu kompleks ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma, peraturan
2)   Wujud kebudayaan sebagai kompleks aktivitas kelakuan berpola dari manusia dalam masyarakat
3)   Wujud kebudayaan sebagai kompleks benda-benda hasil karya manusia (Koentjrangningrat 1976:5)

Berdasarkan batasan tesebut, wujud kebudayaan yang pertama adalah bersifat abstrak, tidak dapa diraba dan difoto. Wujud kebudayaan yang kedua disebut sistem sosial, mengenai kelakuan berpola dari manusia itu sendiri. Sistem sosial ini terdiri atas aktivitas-aktivitas manusia yang berinteraksi, berhubungan serta bergaul satu dengan yang lainnya. Wujud dari kebudayaan disebut kebudayaan fisik. Sifatnya dapat dilihat dan difoto. Karena berupa benda-benda hasil karya manusia.
Dalam kehidupan sosial (masyarakat) setiap individu saling berinteraksi dan terkait oleh norma atau aturan yang berlaku dalam masyarakat. Setiap individu harus taat dan patuh terhadap norma tersebut yang telah ditetapkan bersama. Norma atua aturan yang berlaku dalam masyarakat sering disebut nilai budaya yang berfungsi untuk mengontrol perilaku masyarakat, dengan demikian masyarakat dan kebudayaan terdapat hubungan yang tak dapat dipisahkan.
Objel daya tarik wisata budaya berkisar pada beberapa hal, seperti; kesenian (seni rupa dan segala bentuk seni), tata busana, boga, upacara adat, demonstrasi kekebalan dan komunikasi dengan membuat alat-alat.
Mengenai pengaruh pariwisata terhadap kebudayaan pada masyarakat tuan rumah daapat dibedakan dua masalah yaitu:
1)        Pengaruh dalam kehidupan ekonomi apabila kegiatan pariwisata iti dapat meningkatkan kesempatan kerja dan tingkat kemakmuran.
2)        Pengaruh kehidupan wisatawan mancanegara dengan kebiasaan dan busananya yang sebenarnya asing bagi masyarakat tuan rumah.
                 Kehadiran wisatawa dengan segala adat kebiasaannya tidak jarang juga menimbulkan efek meniru pada penduduk di tempat. Apa yang ditiru itu dapat baik dapat buruk dan dalam jangka waktu tertentu dapat menggeser nilai-nilai budaya setempat.

H.   HIPOTESIS        
Semakin meningkat sumber daya manusia maka perkembangan obyek wisata  Air Terjun Aling-Aling di kawasan Sambangan semakin baik.

I.     METODE PENELITIAN
1.         Lokasi  Penelitian     
            Lokasi penelitian ini terletak di Objek wisata Air Terjun Aling-Aling Di Kawasan Sambangan, Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng. Dipilihnya lokasi Objek wisata Air Terjun aling-Aling yang ada di kawasan Sambangan karena objek tersebut memiliki potensi alam yang memiliki nilai jual namun belum di kembangkan secara optimal karena masih rendahnya sumber daya manusia dari masyarakat setempat.
3.        Rancangan Penelitian
            Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian Deskriptif, yaitu  penelitian yang mengarah pada pengungkapan fakta-fakta yang ada. Hasil penelitian difokuskan untuk memberikan gambaran keadaan sebenarnya dari objek yang diteliti yaitu Air Terjun Aling-Aling di Kawasan Sambangan,  kecamatan Sukasada Kabupaten Buleleng.
            Tahapan-tahapan dari awal sampai akhir dalam proses penelitian.
·         Tahap Persiapan
Dalam tahapan ini akan dilakukan :
-          Studi Literatur
-          Melakukan pengamatan secara langsung pada daerah penelitian untuk menemukan masalah-masalah yang perlu dikaji dalam penelitian
-          Mengidentifikasi masalah mengenai daerah yang akan dikaji
-          Memperthitungkan sampel penelitian
-          Menyiapkan alat-alat dan bahan
·         Tahap Pelaksanaan
Dalam tahapan ini dilakukan pencarian data tentang : 
-      Fisiografis daerah penelitian
-      Keadaan penduduk daerah penelitian
-      Masalah-masalah pengelolaan objek wisata Air Terjun Aling-Aling di kawasan Sambangan
·         Tahap akhir
Dalam tahapan ini akan dilakukan :
-          Mengelompokkan data yang diperoleh tersebut agar memudahkan dalam pengolahannya
-          Menganalisis data yang diperoleh dengan menggunakan metode analisis data yang sesuai dengan objek yang diteliti, dan
-          Menyusun laporan penelitian.
4.     Objek dan Subyek
            Objek dalam penelitian ini adalah Obyek Wisata Air Terjun Aling-Alimg yang ada di Kawasan Sambangan. Sedangkan yang menjadi subyek dalam penelitian ini adalah masyarakat di desa Sambangan, kecamatan Sukasada yang memilki peranan penting dalam pengelolaan Objek wisata tersebut untuk perkembangan dari objek wisata Air Terjun Aling-aling yang ada di kawasan Sambangan.
5.    Definisi Oprasional dan Variabel
            Definisi oprasional dan variable adalah definisi yang dilakukan atas sifat-sifat hal yang diamati atau diobservasi. Berikut variable yang disusun berdasarkan atas kegiatan-kegiatan yang dilakukan agar hal yang didefinisikan itu sesuai dengan penelitian.
a)    Proses pengelolaan objek wisata  Air Terjun Aling-Aling di kawasan Sambangan yang dilihat dari :
·                Pengelolaan, yaitu cara pengelolaan lingkungan fisik dan sosial dari objek wisata  Air Terjun Aling-Aling di kawasan Sambangan
b)      Kendala-kendala
·                Kendala-kendala yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kendala yang dihadapi oleh masyarakat karena rendahnya sumber daya manusia yang tidak mampu mengelola objek wisata Air Terjun Aling-Aling di kawasan Sambangan secara optimal.
5.  Populasi dan Sampel
a)      Populasi

NO
LINGKUNGAN
JUMLAH KK
1
Banjar Dinas Babakan
150
2
Banjar Dinas Sambangan
200
3
Banjar Dinas Banjaranyar
175
JUMLAH
525
Sumber : Desa Sambangan 2010
b)      Sampel
            Penelitian dilakukan dengan mengambil sejumlah sampel sebagai wakil dari seluruh populasi yang ada. Berdasarkan populasi tersebut, pengambilan sampel akan menggunakan “ Propotional Random Sampling”. Jumlah sampel dimasing-masing sub populasi akan diambil secara proposional dengan mengacu pada ketentuan dari Arikunto (1992:104), yang menyatakan jika jumlah subjeknya lebih dari 100 dapat diambil antara 10%-15% atau 10%-25% atau lebih. Mengingat jumlah populasi lebih dari 100 orang, maka peneliti mengambil sampel sebanyak 10% dari jumlah keseluruhan kepala keluarga yang ada di Desa sambangan, sehingga jumlah sampel keseluruhan menjadi 52 KK, yang dapat dirinci sebagai berikut.
NO
LINGKUNGAN
JUMLAH KK
SAMPEL
1
Banjar Dinas Babakan
150
15
2
Banjar Dinas Sambangan
200
20
3
Banjar Dinas Banjaranyar
175
17
Jumlah
525
52
Sumber : Desa Sambangan 2010
6.    Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh langsung di lapangan atau diperoleh dari orang pertama. Sedangkan data sekunder merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung oleh responden, meliputi dokumen pada instansi-instansi terkait. Dalam hal ini meliputi keadaan demografis daerah penelitian (jumlah penduduk dalam anggota keluarga), peta administrasi daerah penelitian, keadaan fisiografis daerah penelitian (letak, luas, topografi, iklim). Terkait dengan perolehan kedua data diatas maka dalam penelitian ini digunakan metode sebagai berikut:
a)      Pencatatan Dokumen
            Pencatatan dokumen adalah alat pengumpulan data dari dokumen-dokumen yang sudah ada sebelumnya yang kemudian dianalisis. ( Jonathan Sarwono, 2006:225) kajian atau pecatatan dokumen merupakan sarana pembantu peneliti dalam mengumpulkan data atau informasi dengan cara membaca surat-surat, pengumuman, ikhtisar rapat, peryataan tertulis kebijakan tertentu dan bahan-bahan tulisan lainnya. Studi dokumen ini digunakan untuk melengkapi data primer sesuai dengan data yang diperlukan dalam penelitian ini dengan kata lain untuk mengumpulkan data sekunder.
b)      Kuisioner  
  Kuisioner ialah usaha mengumpulkan informasi dengan menyampaikan sejumlah pertanyaan tertulis oleh responden (Tika Pabundu, 2000:54). Kuisioner ini digunakan untuk mendapatkan data yang menjadi daya tarik wisatawan obyek wisata Air Terjun Gitgit, serta dampaknya terhadap kehidupan sosial  secara langsung dari responden melalui penyebaran daftar pertanyaan secara tertulis dan sistematis. Dalam penelitian ini kuisioner digunakan untuk mengumpulkan data primer.
7.    Metode Analis Data
            Dilihat dari permasalahan yang ada seperti rumusan masalah yang telah di kemukakan di depan, maka analisis data yang digunakan untuk rumusan masalah tersebut adalah sebagai berikut.
1)      Untuk rumusan masalah yang pertama yang berbunyi apakah Obyek Wisata Air Terjun Aling-Aling di Kawasan Sambangan sudah memenuhi syarat-syarat sebagai daerah tujuan wisata, di analisis dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif, yaitu menguraikan data secara sistematis yang selanjutnya ditarik kesimpulan berdasarkan teori yang ada.
2)      Untuk permasalahan yang kedua yaitu bagaimanakah peranan daya dukung lingkungan dalam pengelolaan objek wisata Air Terjun Aling-Aling yang ada di Kawasan Sambangan dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif  kualitatif dengan menguraikan data secara sistematis yang selanjutnya ditarik kesimpulan berdasarkan teori yang ada.







J.      DAFTAR PUSTAKA
Bintarto,R 1997. Geografi Sosial. Yogyakarta:U.P.Spring
Hadinoto, K. 1996. Perncanaan Pengembangan Destinasi pariwisata. Jalarta:  Universitas Indonesia
Sujali, 1989. Geogari Pariwisata dan kepariwisataan. Yogyakarta: Fakultas Geogarfi          UGM
Spillance,J.1987.Pariwisata Indonesia,Yogyakarta.Kanisw

Komentar